visitaaponce.com

Pembanguan Jembatan Kaca Seruni Point Gunakan Metode Teknologi Suspended

Pembanguan Jembatan Kaca Seruni Point Gunakan Metode Teknologi Suspended
Jembatan Kaca Seruni Point di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur,(Ist/Bina Marga)

JEMBATAN Kaca Seruni Point yang sudah dibangun Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga melalui Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur (BGTS) pada kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur, merupakan jembatan istimewa karena jembatan pertama dengan tipe suspended dan berbeda dengan jembatan yang ada sebelumnya.

Letak perbedaan terlihat pada struktur kabel utama yang diposisikan pada bagian lantainya, sehingga dari segi kelenturan kabel akan lebih kaku dan dari segi kekuatan akan lebih stabil dibandingkan dengan jembatan yang menggunakan teknologi atau metode suspention.

Saat mengisi acara bincang jalan dan jembatan Ditjen Bina Marga, Kepala BGTS Fahmi Aldiamar menerangkan, alasan jembatan kaca Seruni point menggunakan metode suspended karena pertama, lokasi Bromo ini cukup menantang dan merupakan lokasi daerah yang ceruk.

Baca juga: Khofifah Optimistis Jembatan Kaca Jadi Ikon Baru Wisata di Bromo

Ceruknya itu cukup dalam sampai dengan 80 meter, dan posisinya dari segi temperatur relatif dingin dengan lokasi lain, sehingga pertukaran udara dan aliran angin akan lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi daratan yang lain, jadi memang ada kekhususan untuk membuat jembatan jadi lebih stabil.

Fungsinya Bukan Hanya sebagai Jembatan Penyebrangan

“Dari segi fungsi jembatan ini tidak hanya untuk sebagai jembatan penyeberangan saja, jadi utamanya adalah untuk membuat atraksi atau membuat destinasi wisata baru di daerah bromo sehingga dari segi dukungan kita ke Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) akan lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lokasi lainnya,” terang Fahmi.

Bahan Kaca Tipe Tempered Glass Dua Lapis

Sumber: https://visitaaponce.com/ekonomi/502281/tingkatkan-pariwisata-bromo-pupr-bangun-jembatan-kaca-pertama-di-ri

Bahan kaca yang digunakan untuk jembatan kaca Seruni point ini mirip dengan kaca tipe tempered glass menggunakan dua lapis, kaca yang bagian atas dan bagian bawah direkatkan dengan matrial SGP (Sentry Glass Plus) dengan tujuan untuk merekatkan dan memberikan kekuatan tambahan pada kacanya.

Baca juga: Tingkatkan Pariwisata Bromo, PUPR Bangun Jembatan Kaca Pertama di RI

Dengan cara tersebut kaca tidak mudah hancur dan tertahan oleh matrial SGP. Bahan ini sudah dilakukan pengujian di laboratorium.

Jembatan Seruni Point ini telah diuji dengan beban karung, dengan berat masing - masing karung 25 – 50 Kg. Karung tersebut diposisikan serta dijajarkan pada sisi samping kanan dan kiri jembatan dengan total berat beban mencapai 8,4 ton atau setara dengan 100 orang di dalam jembatan.

Serta dipasang sensor dibagian bawah jembatan untuk memberikan sinyal lampu merah sebagai peringatan jika terjadi instrumen pergerakan yang terjadi dan beban berat yang berlebih pada jembatan.

Sebagai bahan informasi untuk para pengguna jembatan kaca Seruni point, penggunaan jembatan ini menggunakan dua konsep alat pengaman untuk pengunjung, yang pertama pelindung kaki yang digunakan ketika melewati jembatan, dan yang kedua menggunakan body harness yang dikaitkan di satu sisi jembatan. Dan jembatan kaca ini akan difungsionalkan pada akhir tahun 2023.

Baca juga: Ditjen Bina Marga Bangun Jembatan Gantung Kaca Pertama di Indonesia

Fahmi Aldiamar menjelaskan, pada proses pembuatan jembatan seruni ini melewati zona rimba, zona yang tidak boleh ada gangguan.

Dan pihaknya sudah berkoordinasi dengan kepemilikan atau pengelola Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru terkait metode konstruksi yang digunakan gangguan seminimal terhadap daerah konservasi.

“Pertama kita menggunakan drone, dan drone tersebut nanti akan ada tali kecil yang diikatkan dan menjadi media untuk membentangkan kabel dari posisi inlet ke outlet," terang Fahmi.

"Jadi dari ujung ke ujung itu pertama pergunakan tali kecil dan diterbangkan menggunakan drone, kemudian tali kecil tersebut disambungkan dengan tali yang lebih besar dan lebih besar lagi, sehingga akan bertemu dengan kabel yang ukuran 2 inchi-an,” jelas Fahmi.

Pekerjaan konstruktsi ini bertahap sehingga tidak ada gangguan pada zona rimbanya,

“Nah jadi dari tali yang kecil diterbangkan menggunakan drone kemudian dibagian ujung sudah ada personil yang akan menarik benang tersebut sampai dengan posisi kabel yang besarnya, Setelah itu diikatkan dikunci sehingga tidak ada gangguan pada zona rimba yang dilewati,” tambahnya. (RO/S-4)


 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat