Emiten Minyak Bumi bakal Panen Raya Sampai 2024
![Emiten Minyak Bumi bakal Panen Raya Sampai 2024](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/09/45e4326863a4a099e7c4a43b609fb9ed.jpg)
EMITEN yang bergerak di bidang minyak bumi diperkirakan bakal meraup keuntungan hingga 2024 mendatang di tengah meningkatnya permintaan global.
Mantan Dirut Bursa Efek Jakarta, Hasan Zein Mahmud Hasan Zein Mahmud mengungkapkan hal itu, Jumat (29/9).
"Emiten yang bergerak di bidang minyak bumi, nampaknya akan menikmati panen raya, paling tidak sampai tahun depan," katanya.
Baca juga : Jokowi Pangkas Target Lifting Minyak dan Gas di 2024
Sementara, di industri batu bara, masa keemasan emiten tahun 2022, diprediksi tak akan terulang. Ia memandang bahwa nyala energi fosil nampaknya belum akan redup dalam satu dekade mendatang.
"Betapapun gencarnya kampanye zero emission di seantero dunia. Betapapun kerasnya negara-negara berusaha melakukan konversi dan transformasi energi," kata Hasan.
Baca juga : Daerah Penghasil Minyak Bumi di Indonesia, Ini yang Terbesar
Dikatakannya, transformasi energi membutuhkan waktu yang panjang dan dana sangat besar. Sementara kebutuhan energi sesuatu yang tidak bisa ditangguhkan.
Dia jabarkan, produksi listrik dunia pada 2022 sebesar 29.165 terawatt. Naik 2,3% dibanding tahun sebelumnya. Porsi energi baru terbarukan (EBT) seperti angin, matahari, panas bumi memang meningkat, tetapi batu bara tetap merupakan sumber energi utama, dengan porsi masih lebih dari 35%.
Bahan bakar fosil, saat ini masih merupakan 80% lebih sumber energi global. Sementara pembangkit nuklir menunjukkan penurunan 4%. Cuaca ekstrim juga menurunkan produksi hydropower di Tiongkok dan India.
"Tingginya harga minyak bumi menunjukkan dilema kampanye energi berkelanjutan, dan sikap ambiguitas pada banyak negara," kata Hasan.
Investasi baru sektor migas mengalami penurunan, sementara permintaan naik. Kesenjangan yang mengerek harga naik. dalam hal minyak bumi, kesenjangan itu makin buruk karena sikap protektif kartel OPEC++.
Tingginya harga migas dinikmati oleh Rusia yang ternyata dengan cerdik mampu "berkelit" dari sanksi barat. Pada tingkat harga brent mendekati US$100, limit harga US$60 per barrel yang ditetapkan barat, cenderung dikhianati oleh "konconya" sendiri.
Tiongkok sebagai konsumen lebih dari 50% batu bara diunia tetap menunjukkan kenaikan impor. Aktivitas ekonomi, cuaca ekstrem dan persoalan kualitas batu bara dalam negeri menjadi pendorong. Impor batu bara Tiongkok tahun ini diperkirakan naik 100 juta ton, menjadi 330 juta ton.
"Kiamat batu bara masih jauh panggang dari api," kata Hasan. (Z-4)
Terkini Lainnya
Harita Nickel Bagikan Dividen Rp1,6 Triliun
Hingga Semester I 2024 Kinerja Pasar Saham masih Lesu
Jumlah Permintaan Saham IPO BATR Tembus Rp2,8 Triliun
Jelang RUPST, Saham Emiten Telko Ini Bergerak Atraktif
Emiten Peroleh Edukasi tentang Perlindungan Data Pribadi
MTDL Bagikan Dividen Sejumlah Rp257,8 Miliar dengan Payout Ratio 39,6%
Suku Bunga The Fed Dipangkas, Dolar AS Melemah, IHSG Menguat
Insiden Tewasnya Presiden Iran Berdampak Minim terhadap Harga Minyak Dunia
Pemprov DKI Jakarta Antisipasi Dampak Perang Iran-Israel
Perang Iran-Israel Diprediksi Panjang, Harga Emas dan Minyak Melejit
Beberapa Dampak Konflik Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia
Serangan Israel ke Iran Berpotensi Membuat Panik Investor
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap