Pengamat Menaikkan BI Rate, Langkah Antisipatif Jaga Rupiah Menghadapi Kenaikan Fed Rate
![Pengamat: Menaikkan BI Rate, Langkah Antisipatif Jaga Rupiah Menghadapi Kenaikan Fed Rate](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/10/75118f612cfa3c3c7d915774322fe7ae.jpg)
EKONOM Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto berpendapat sudah tepat dan taktis keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, yang menaikkan 25 bps BI rate ke level 6%.
Dia telah memperkirakan hal tersebut dengan beberapa pertimbangan. Pertama, hampir pasti bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan satu kali lagi suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 bps menjadi 5,5-5,75% untuk mempercepat capaian target penurunan inflasi 2% di AS.
"Jika BI Rate tidak naik, maka posisinya setara dengan ekspektasi FFR 5,50-5,75% (mungkin di November atau Desember nanti," kata Ryan, Kamis (19/10).
Baca juga: Kenaikan BI Rate Dinilai Belum Perlu
Tekanan eksternal yg kuat dan masif dari eskalasi perang di Ukraina ditambah perang antara Hamas dan Israel menyebabkan kepanikan pasar global yg mendorong pemilik modal membeli dolar AS secara masif.
Terdapat indikasi rupiah makin tertekan karena gejolak geopolitik yg meningkat tadi ditambah stance kebijakan bank-bank sentral di negara maju masih hawkish (menahan suku bunga tinggi karena inflasi belum mencapai target).
Baca juga: BI Rate Naik 25 Bps untuk Stabilkan Rupiah
"Surplus neraca dagang juga sudah naik turun alias fluktuatif sehingga menekan posisi rupiah," kata Ryan.
Sementara itu, posisi cadangan devisa juga terpantau menurun untuk memenuhi kebutuhan impor dan kewajiban utang luar negeri pemerintah sehingga sehingga berpotensi menekan rupiah.
Tekanan dari sisi non ekonomi, yakni suhu politik yg mulai menghangat jelang pesta demokrasi di Indonesia, juga mengganggu kenyamanan pelaku pasar terhadap prospek rupiah ke depannya.
Ryan memperkirakan pekan ini dan mungkin dalam sebulan ke depan atau hingga akhir tahun tidak ada atau belum ada berita baik atau berita positif dari dalam negeri, meski outlook ekonomi Indonesia tahun 2023 dan tahun 2024 menurut dana moneter internasional (IMF) cukup stabil, yakni tumbuh 5% yoy.
"Maka, menaikkan BI rate sebesar 25 bps dari 5,75% ke 6% adalah pilihan kebijakan moneter yg tepat, terukur, preemptive dan antisipatif, setidaknya untuk bisa menahan depresiasi rupiah lebih jauh," kata Ryan. (Try/Z-7)
Terkini Lainnya
Bank Indonesia Adalah Bank Sentral, Apa Peran Utamanya?
Bank Indonesia: Cadangan Devisa Akhir Juni 2024 US$140,2 Miliar
Ini 6 Fakta Menarik tentang Bank Indonesia
Hari Bank Indonesia 5 Juli, Simak Sejarah, Peran, dan Wewenangnya
Ini Daftar Pimpinan Bank Indonesia dari Masa ke Masa
Akhir 2024, IHSG Diprediksi Tembus 7.585
IHSG Menguat Gapai 7.250, Suku Bunga AS Mungkin Dipangkas September
Ada optimisme Pasar Global terhadap Penurunan Suku Bunga The Fed
IHSG Ditutup Menguat Lewati 7.200
Rupiah Menguat Seiring Gejolak Spekulasi Suku Bunga AS Turun
IHSG Ditutup Naik Ikuti Bursa Asia Menguat
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap