visitaaponce.com

ECB akan Pertahankan Suku Bunga karena Inflasi Turun

ECB akan Pertahankan Suku Bunga karena Inflasi Turun
Simbol mata uang euro terlihat di depan gedung bekas kantor pusat Bank Sentral Eropa di Frankfurt am Main, Jerman Barat.(AFP/Andre Pain. )

UNTUK pertama kali dalam lebih dari setahun, para pengambil kebijakan Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) diperkirakan akan memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga lagi ketika mereka berkumpul di Athena pada Kamis (26/10).

Ketika sedang panas-panasnya, inflasi--yang didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina pada awal 2022--mulai mereda. Sementara itu, prospek perekonomian semakin memburuk.

Harga konsumen di blok mata uang 20 negara tersebut naik pada tingkat tahunan sebesar 4,3% pada September atau tingkat terendah dalam hampir dua tahun. Angka tersebut jelas masih berada di atas target ECB sebesar dua persen, tetapi dampak penaikan suku bunga semakin terasa di seluruh blok.

Baca juga: Penjualan Rumah di AS Anjlok pada September, Terendah sejak 2010

Pecahnya perang Israel-Gaza menambah potensi masalah yang dihadapi perekonomian zona euro setelah mampu mengatasi dampak konflik di Ukraina. Bank sentral, yang mengadakan satu pertemuan di luar kantor pusatnya di Frankfurt setiap tahun, tampaknya akan mengikuti jejak Federal Reserve AS dan menghentikan penaikan suku bunga untuk sementara waktu.

Semua indikasi itu ada sejak pertemuan terakhir pada September. Siklus pengetatan ECB saat ini telah, "Berakhir," kata Jack Allen-Reynolds dari Capital Economics.

Jangan terburu-buru

Saat ini, suku bunga deposito utama ECB berada di angka empat persen. Ini merupakan angka tertinggi dalam sejarah bank sentral.

Baca juga: Inflasi Jepang Melambat di Bawah 3% Perdana sejak Agustus 2022

Namun setelah memutuskan untuk menaikkan suku bunga pada 10 pertemuan terakhirnya, laju tercepat yang pernah ada, "ECB tidak akan terburu-buru mengambil tindakan lebih lanjut," kata analis bank ING Carsten Brzeski. 

Konflik di Timur Tengah akan, "Semakin mengurangi prospek pertumbuhan zona euro," dan seiring dengan kenaikan harga minyak, membuat ECB berada dalam posisi yang lebih, "Rumit," kata Brzeski.

Baca juga: Perekonomian Jerman akan Susut pada 2023

"Dengan banyaknya ketidakpastian baru, tidak ada momen yang lebih baik dalam 16 bulan terakhir bagi ECB untuk mengambil jeda dibandingkan saat ini," tambahnya.

Beberapa pemerintahan zona euro, seperti Italia dan Portugal, telah menyuarakan kritik terhadap penaikan suku bunga ECB yang sulit untuk diterima. Di sisi lain, antusiasme untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut telah mereda di antara 26 anggota dewan pemerintahan ECB.

Melambatnya inflasi zona euro menunjukkan, "Suku bunga acuan kami saat ini sudah sesuai," kata gubernur bank sentral Prancis Francois Villeroy de Galhau.

Presiden ECB Christine Lagarde telah mengakui kepedihan yang dirasakan oleh rumah tangga sebagai akibat dari penaikan suku bunga yang agresif. Namun ia memperingatkan agar tidak melakukan pengurangan terlalu cepat.

Penekanannya kemungkinan besar ialah pada kebijakan moneter yang tetap ketat untuk, "Periode yang diperpanjang," ketika ECB menyampaikan keputusannya, kata Allen-Reynolds.

Pintu terbuka

Rekan Lagarde di dewan ECB, Luis de Guindos, memperingatkan bahwa upaya untuk menjinakkan inflasi akan membutuhkan waktu. Suku bunga masih diperkirakan tetap sama tetapi terlalu tinggi untuk waktu yang lama.

Berdasarkan proyeksi bank sentral saat ini, yang diterbitkan pada September, inflasi tidak akan kembali ke target ECB sebesar dua persen sebelum 2025. Dewan akan meninjau kembali penaikan suku bunga pada pertemuan terakhirnya tahun ini di Desember, ketika mereka akan punya serangkaian perkiraan baru.

Ada kemungkinan bahwa zona euro akan mengalami, "Prospek ekonomi yang semakin memburuk," sebelum hal tersebut terjadi, kata Brzeski. Indikator-indikator perekonomian sebagian besar cenderung menurun akhir-akhir ini seiring dengan semakin tenggelamnya Jerman ke dalam resesi.

Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi perkiraan Jerman pada awal bulan ini. IMF memperkirakan negara dengan ekonomi terbesar di Eropa ini akan menyusut sebesar 0,5% pada 2023 dan zona euro secara keseluruhan akan melemah hingga mencapai pertumbuhan 0,7%.

Sementara itu, ECB ingin menunjukkan tekadnya, sambil, "Menjaga pintu tetap terbuka untuk penaikan suku bunga lagi pada Desember," kata Brzeski.

Keputusan untuk mempertahankan suku bunga pada level saat ini pada minggu ini dapat dianggap sebagai jeda sementara oleh ECB. Namun langkah ini dapat dengan mudah menjadi stabil untuk jangka waktu yang lebih lama. Sebaliknya, penurunan suku bunga masih, "Masih jauh," kata Allen-Reynolds. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat