visitaaponce.com

Syngenta Latih 4.500 Petani terkait Agronomi dan Teknologi

Syngenta Latih 4.500 Petani terkait Agronomi dan Teknologi
Perusahaan meraih penghargaan Muri untuk pelatihan agronomi, teknologi, dan literasi digital pertanian kepada 4.500 petani di 15 LDC.(Dokpri.)

PETANI merupakan inti dari kemajuan pertanian. Untuk memperkuat kualitas petani, Syngenta Indonesia menggelar pelatihan agronomi, teknologi, dan literasi digital pertanian kepada 4.500 petani serentak di 15 titik Pusat Pengembangan dan Pembelajaran (Learning Development Center/LDC). Jumlah LDC ini juga menjadi pusat pengembangan dan pembelajaran terbanyak di Indonesia yang dimiliki oleh perusahaan formulator teknologi perlindungan tanaman. 

Karena itu, perusahaan meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) atas kegiatan itu. Penghargaan tersebut diberikan Muri kepada Syngenta Indonesia di sela-sela kegiatan pelatihan di Karawang, Jawa Barat. Pelatihan dilakukan sebagai wujud aktualisasi komitmen Syngenta Indonesia untuk mengedukasi petani sehingga petani dapat meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan panen yang lebih produktif dan berkelanjutan. "Kami akan terus menjadi mitra terpercaya petani dalam usaha budi daya pertanian, mendukung dan melatih petani untuk meningkatkan produktivitas tanaman serta pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan para petani," ujar Suhendro, Marketing Head Syngenta Indonesia.

Pelatihan bagi petani itu terdiri atas materi agronomi untuk berbagai jenis tanaman pangan yang meliputi padi, cabai, tomat, kentang, bawang merah, bawang daun, serta jagung.  Petani berdiskusi dengan tim teknis Syngenta Indonesia di tiap-tiap LDC mengenai tantangan budi daya yang mereka hadapi, terutama tekanan hama dan penyakit di tiap-tiap fase tumbuh tanaman.

Baca juga: Mentan Amran Buka Jalan bagi Brazil Investasi di Pabrik Gula dan Vaksin Hewan

Petani yang hadir dalam kegiatan juga memperoleh paparan mengenai teknologi Syngenta Indonesia yang dapat mengendalikan tekanan hama dan penyakit. Beberapa teknologi yang ditampilkan yaitu teknologi Tinivion (Elestal Neo) untuk mengendalikan kutu kebul sebagai vektor penyebab virus kuning pada tanaman cabai dan tomat, teknologi Amistar (AmistarTop) untuk mengendalikan penyakit tanaman padi dan sayur dengan spektrum luas, teknologi Adepydin (Miravis Duo) untuk mengendalikan alternaria pada tanaman kentang dan embun bulu pada cabai, serta teknologi Virtako untuk mengendalikan penggerek batang pada tanaman padi.

"Tekanan hama dan penyakit merupakan salah satu hal yang dapat menghilangkan potensi hasil panen yang sangat siginifikan hingga 30%-90% sehingga harus dikendalikan dengan cepat dan tepat oleh petani. Pemahaman tentang agronomi tanaman sangat penting untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya hama dan penyakit serta pengetahuan terkait teknologi pengendalian hama dan penyakit yang tepat dari Syngenta akan membantu petani mendapatkan hasil yang optimal," ungkap Dwi Susilowati, Technical Excellence Head Syngenta Indonesia.

Baca juga: Minim Modal, Visi Indonesia Maju 2045 Dinilai tak Realistis

Perkembangan teknologi dan digitalisasi juga mendorong pengembangan teknologi aplikasi produk perlindungan tanaman dengan pendekatan penyemprotan presisi melalui pemanfaatan teknologi drone. Penyemprotan presisi menggunakan drone dilakukan sebagai demonstrasi untuk memberikan gambaran pertanian di masa depan.

Petani yang hadir juga diperkenalkan dengan literasi digital seperti media sosial yang dimiliki oleh Syngenta Indonesia yang menjadi pusat forum diskusi petani dari berbagai area di Indonesia, termasuk Facebook Syngenta Rumah Tani Indonesia. Facebook Syngenta Rumah Tani Indonesia memberikan wadah forum bagi petani Indonesia dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk meningkatkan upaya usaha tani mereka. 

Salah satu inovasi digital yang juga diintroduksi ialah aplikasi CropWise yang dikembangkan perusahaan. CropWise memiliki fitur unggulan yang mencakup prediksi cuaca, kalendar semprot, lokasi kios pertanian terdekat, diagnosa hama dan penyakit, serta rekomendasi teknologi pengendalian hama dan penyakit. 

LDC merupakan pusat-pusat pembelajaran yang disediakan bagi petani untuk mengembangkan pemahaman akan agronomi tanaman, penyakit dan hama tanaman, serta akses akan teknologi berkualitas dari Syngenta Indonesia. Sebanyak 15 LDC itu tersebar di Deli Serdang dan Karo Sumatra Utara, Bukittinggi dan Alahan Panjang Sumatra Barat, Trimurjo dan Sekampung Udik Lampung, Karawang dan Lembang Jawa Barat, Sukoharjo, Grobogan, dan Magelang Jawa Tengah, Jember, Mojokoerto dan Malang Jawa Timur, serta Sidrap Sulawesi Selatan. (RO/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat