Menkeu Sri Mulyani Kondisi Ekonomi Indonesia Lebih Baik dari Negara Lain
![Menkeu Sri Mulyani: Kondisi Ekonomi Indonesia Lebih Baik dari Negara Lain](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/11/52e69805bf32ce2d9b95fa3ae1b47d49.jpg)
KINERJA perekonomian Indonesia masih relatif lebih baik dibanding banyak negara. Berbagai indikator ekonomi domestik menunjukkan kondisi yang cukup kuat meski berada di tengah tantangan ekonomi global.
Demikian disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers, Jumat (24/11). Salah satu indikator itu ialah posisi Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia yang masih di zona ekspansif, yakni 51,5.
"PMI secara global masih mengalami tekanan berat. AS mulai pulih namun masih di border, yaitu 50. Tiongkok masih di bawah, 49,5. Negara yang positif dan tinggi hanya Indonesia dan India," ujarnya.
Baca juga: Pengamat: Ruang BI Menaikkan Suku Bunga Acuan semakin Sempit
Sri Mulyani menambahkan, dari data PMI negara-negara yang dihimpun, hanya 30% negara yang memiliki PMI manufaktur di zona ekspansif. Sementara 70% lainnya berada dalam zona kontraktif.
"Ini artinya sektor riil, terutama manufaktur masih mengalami tekanan dari mulai pandemi hingga sekarang," terangnya.
Baca juga: Sri Mulyani: Lelang Jadi Instrumen Penggerak Ekonomi Nasional
Selain dari sisi PMI, tingkat inflasi Indonesia juga relatif terkendali, yaitu di angka 2,56% per Oktober 2023. Angka tersebut masih lebih rendah dibanding inflasi yang terjadi di banyak negara.
Inflasi global diketahui masih berada dalam level yang cukup tinggi. Itu terjadi karena dipengaruhi oleh komponen harga bergejolak (volatile price), utamanya berasal dari komoditas gandum, kacang kedelai, dan beras.
Kenaikan inflasi pangan tersebut merupakan imbas El Nino.
"Volatile food menjadi faktor kenaikan inflasi yang mesti diwaspadai. Inflasi Indonesia meski administered price turun, namun volatile food naik cukup tinggi, yaitu 5,5% ini disebabkan karena komoditas beras, cabai dan gula pasir mengalami kenaikan pada September-Oktober," jelas Sri Mulyani.
"Meski demikian Indonesia relatif rendah inflasinya dibanding negara maju. Ini perlu dijaga dan dipertahankan," tambahnya.
Sedangkan dari sisi eksternal neraca dagang Indonesia masih mencatatkan surplus US$3,48 miliar pada Oktober 2023. Sedangkan secara kumulatif dalam tahun berjalan, surplus dagang tercatat mencapai US$31,22 miliar.
"Neraca dagang dengan surplus itu berarti turun dari tahun lalu yang US$45,4 miliar. Ini yang tentu perlu untuk kita jaga agar eksternal balance Indonesia tetap positif dan tidak memberi pengaruh negatif pada kegiatan sektor riil Indonesia," pungkas Sri Mulyani. (Mir/Z-7)
Terkini Lainnya
Oasis Central Sudirman Diharapkan Gerakkan Perekonomian Nasional melalui FDI
Kontribusi Pasar Modal terhadap Ekonomi Indonesia
Kehadiran Kelapa Sawit di Tanah Papua Jadi Penopang Ekonomi Rakyat
Pemda Diharapkan Mampu Optimalisasi Belanja
Komitmen Terpercaya agar Tumbuh Optimal dan Berkelanjutan
Presiden Jokowi Gelar Sidang Kabinet Bahas Perekonomian Terbaru
Menakar Outlook Tengah Tahun Perekonomian Global
Stabilitas Transisi Kekuasaan Kunci Penting Hadapi Gejolak Ekonomi Global
Microsoft Corporation Umumkan Investasi Sebesar US$ 1,7 Miliar ke Indonesia
BSI Cetak Laba Rp1,71 Triliun pada Kuartal Pertama 2024
CoRE Beri Catatan Ekonomi Indonesia di Awal Tahun
Risiko Ekonomi Meningkat, Pemerintah Diminta Hati-Hati Kelola Anggaran
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap