visitaaponce.com

Harga Minyak Menguat Imbas Amerika Perbarui Cadangan Minyaknya

Harga Minyak Menguat Imbas Amerika Perbarui Cadangan Minyaknya
Ilustrasi(Antara)

HARGA minyak pada pembukaan Rabu (27/12) naik di level US$75 per barel, menyusul pembelian Strategic Petroleum Reserve (SPR) Amerika Serikat (AS) dan ekspektasi pemotongan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Amerika Serikat telah menyelesaikan kontrak pembelian tiga juta barel minyak untuk mengisi kembali Strategic Petroleum Reserve (SPR), setelah penjualan terbesar dalam sejarah tahun lalu, demikian diumumkan oleh Departemen Energi AS pada Selasa (26/12).

Dengan pembelian ini, AS telah berhasil mengakumulasi sekitar 14 juta barel untuk mengisi ulang SPR setelah penjualan tahun sebelumnya.

Baca juga : Harga Minyak Naik Dipicu Pemotongan OPEC+ dan Pelemahan Dolar AS

"Harga minyak mendapatkan dukungan dari ekspektasi bahwa Federal Reserve yang akan memotong suku bunga tahun depan, tindakan yang diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak," kata Analis ICDX Girta Yoga, Rabu (27/12).

Menurut data Reuters permintaan minyak secara global telah meningkat sekitar 2,3 juta barel per hari dalam dua tahun terakhir, mencapai 101,7 juta barel per hari, yang mengakibatkan ketatnya stok global dan mendukung peningkatan harga karena OPEC dan sekutunya membatasi produksi.

Di lain sisi, masih terjadi ketegangan di Laut Merah perusahaan pelayaran besar seperti Maersk dan CMA CGM Perancis sudah mulai melanjutkan perjalanan mereka melalui Laut Merah setelah Amerika Serikat meluncurkan operasi multinasional untuk melindungi perdagangan di Laut Merah.

Baca juga : Harga Minyak Mentah RI Melonjak, Ini Pemicunya

Laporan inventaris dari kelompok industri American Petroleum Institute dan Energy Information Administration dijadwalkan untuk dirilis satu hari lebih lambat dari biasanya, yaitu pada hari Rabu dan Kamis, disebabkan libur Natal.

"Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$78 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$73 per barel," kata Girta. (Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat