BI Kontraksi Pertumbuhan Jepang dan Inggris Turunkan Prospek Ekonomi Dunia
![BI: Kontraksi Pertumbuhan Jepang dan Inggris Turunkan Prospek Ekonomi Dunia](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/02/c1458d3c0efee36c4bf6d7b8a79f8087.jpg)
BANK Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi sebelumnya di tengah ketidakpastian pasar keuangan yang masih tinggi. Namun lemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok, dan kontraksi pertumbuhan ekonomi di Inggris dan Jepang dapat menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia.
Ekonomi global diprakirakan tumbuh sebesar 3,1% pada 2023 dan 3,0% pada 2024, lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya masing-masing sebesar 3,0% dan 2,8%.
"Perbaikan terutama ditopang lebih kuatnya kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS) dan India sejalan dengan konsumsi dan investasi yang tinggi," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, pada Pengumuman Hasil RDG BI Bulanan Bulan Februari 2024, Rabu (21/2).
Baca juga : Sri Mulyani: Resesi Jepang dan Eropa Sudah Diprediksi
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang masih lemah. Kontraksi pertumbuhan ekonomi di Inggris dan Jepang yang telah terjadi dalam dua triwulan berturut-turut dapat menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia.
Eskalasi ketegangan geopolitik yang masih berlanjut juga dapat mengganggu rantai pasokan, meningkatkan harga komoditas pangan dan energi, serta menahan laju penurunan inflasi global.
"Perkembangan ini mengakibatkan ketidakpastian di pasar keuangan dunia masih tinggi," kata Perry.
Baca juga : Ini Dampak Resesi Tiongkok, Hong Kong, dan Eropa ke Indonesia
Suku bunga Fed Funds Rate (FFR) diprakirakan baru mulai menurun pada semester II-2024, sejalan dengan inflasi AS yang masih tinggi.
Imbal hasil Yield US Treasury kembali meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang (term-premia). Perkembangan tersebut menyebabkan menguatnya nilai tukar dolar AS secara global, menahan berlanjutnya aliran masuk modal asing, dan meningkatkan tekanan pelemahan nilai tukar di negara emerging market.
"Kondisi ini memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi dampak negatif rambatan global tersebut, termasuk di Indonesia," kata Perry. (Z-4)
Terkini Lainnya
Menakar Outlook Tengah Tahun Perekonomian Global
Stabilitas Transisi Kekuasaan Kunci Penting Hadapi Gejolak Ekonomi Global
Microsoft Corporation Umumkan Investasi Sebesar US$ 1,7 Miliar ke Indonesia
BSI Cetak Laba Rp1,71 Triliun pada Kuartal Pertama 2024
CoRE Beri Catatan Ekonomi Indonesia di Awal Tahun
Risiko Ekonomi Meningkat, Pemerintah Diminta Hati-Hati Kelola Anggaran
DBS Perkirakan Rupiah masih Melemah di Kuartal III Tahun Ini
Citibank Serukan Pentingnya Pendidikan untuk Dukung Perekonomian
Pendidikan Berkualitas Unsur Penting Peningkatan Ekonomi
Industri FMCG Punya Potensi Pasar Besar di Tengah Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Wapres Inginkan Industri Asuransi Syariah Terus Bertumbuh
Menkeu: Perkuat Sinergi Tingkatkan Investasi Hijau
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap