visitaaponce.com

BI Pastikan Dukung Pertumbuhan dan Stabilitas Ekonomi

BI Pastikan Dukung Pertumbuhan dan Stabilitas Ekonomi
Siluet pembangunan gedung pencakar langit di Jakarta(MI-Usman Iskandar)

BANK Indonesia memastikan akan terus menggunakan bauran kebijakan yang mendukung pertumbuhan dan stabilitas perekonomian dalam negeri. Hal itu sebagai respons atas situasi perekonomian dunia yang urung menentu.

"Jangan membatasi kebijakan BI hanya untuk moneter semata. Kami menggabungkan kebijakan tadi dengan kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, perkembangan pasar uang, inklusi ekonomi, dan ekonomi hijau," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Mandiri Investment Forum 2024, Selasa (5/3).

Kebijakan moneter bank sentral, lanjutnya akan tetap mendukung stabilitas. Itu salah satunya dilakukan dengan pengendalian inflasi inti. Karenanya, BI akan tetap mempertahankan tingkat bunga acuan atau BI Rate di angka 6% dalam beberapa waktu ke depan.

Baca juga : Bank Indonesia Yakin Ada Ruang Penurunan BI Rate

Namun Perry tak menampik bahwa BI juga melihat peluang adanya ruang bagi bank sentral untuk menurunkan BI Rate pada paruh kedua tahun ini. Itu dapat dilakukan selama tingkat inflasi masih berada dalam rentang kendali BI.

Upaya lain juga dilakukan melalui upaya stabilisasi nilai tukar rupiah. BI meyakini mata uang Garuda bakal mengalami apresiasi di semester II nanti seiring dengan ekspektasi melemahnya dolar Amerika Serikat di waktu yang sama.

"Kami akan memastikan penguatan itu, akan memperkuat pengendalian inflasi dan mendukung tingkat pertumbuhan ekonomi. Di dalam kebijakan moneter kami, meski suku bunga masih 6%, dan mencoba lihat upaya penyesuaian, kami terus mengupayakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," terang Perry.

Di lain sisi, BI juga akan menggunakan kebijakan makroprudensial untuk mendukung pertumbuhan intermediasi keuangan. Bank sentral, kata Perry, memastikan insentif likuiditas kepada perbankan tetap dilanjutkan. Itu akan diberikan selama perbankan bersedia menyalurkan pinjaman ke sektor-sektor produktif yang memberi dampak pada perekonomian.

"Dari Rp268 triliun, yang digunakan baru Rp150 triliun saja, jadi masih ada yang tersedia bagi perbankan untuk memperluas pinjaman, semakin besar pinjaman maka semakin besar insentifnya," pungkas Perry. (Mir/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat