Bank Indonesia Yakin Ada Ruang Penurunan BI Rate
BANK Indonesia akan tetap pada kebijakan moneter untuk stabilitas, dan makroprudensial serta sistem pembayaran yang mengarah pada pertumbuhan. Maka BI memutuskan tingkat BI Rate tetap di 6,00% karena masih on and off nya kepastian global.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan ruang penurunan suku bunga BI Rate ke depan masih tetap akan ada. Dia menyampaikan beberapa kriterianya.
"Pertama, seberapa cepat penguatan nilai tukar Rupiah. Kedua, tetap terkendalinya inflasi, khususnya inflasi dan inflasi pangan. Ketiga, bagaimana kami melihat dukungan kredit di dalam pembiayaan ekonomi," kata Perry pada Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Januari 2024, Rabu (17/1).
Baca juga: Nilai Transaksi Digital Meningkat, Penggunaan Kartu Menurun
Kesemuanya itu mendukung pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia mengatakan tetap akan masih sabar melihat kondisi dalam negeri dan global.
"Ketidaksabaran itu akan tergantung dari bagaimana semakin meredanya kondisi global dan memastikan inflasi terkendali," kata Perry.
Baca juga: BI Perkirakan Fed Rate Baru akan Turun di Semester II 2024
BI akan terus menakar arah kebijakan pada bulan-bulan selanjutnya. Di samping kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar rupiah, Bank Indonesia akan lebih banyak fokus kepada beberapa hal.
Pertama, mempercepat pendalaman pasar uang. Sehingga semakin menarik aliran portofolio asing, melalui yang telah ada saat ini Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUBVBI).
Perry mengatakan instrumen ini semakin diminati oleh perbankan, manajer investasi, perusahaan sekuritas, dan terutama portofolio asing, yang untuk non resident (asing) sudah mencapai sekitar Rp75 triliun.
"Sehingga ini mendukung tidaknya pendalaman pasar uang tapi juga semakin menarik portofolio asing, maka akan makin memperkuat penguatan nilai tukar Rupiah," kata Perry.
Di pasar uang, Bank Indonesia dalam waktu dekat akan memberi ASI yang kita sebut primeri dealer kemudian akan memfinalisasi primary dealer, dimana pelaku pasar uang yang besar akan bersinergi dengan Bank Indonesia, untuk semakin meningkatkan aktivitas transaksi di pasar uang, baik jual beli SRBI, SVBI, SUVBI, maupun juga pengembangan produk Repo dan ke depannya dengan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).
"Sehingga pasar uang semakin likuid, transaksi semakin meluas dan menarik portofolio asing, mendukung upaya stabilisasi dan penguatan nilai tukar Rupiah," kata Perry.
Sedangkan untuk pro pertumbuhan makroprudensial, Bank Indonesia sudah menambah likuiditas makroprudensial kepada bank-bank yang menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas.
Bank Indonesia akan meningkatkan efektivitasnya. Dari sisi permintaan, BI akan membeda sektor-sektor, korporasi yang mendukung penyaluran kredit maupun untuk pertumbuhan ekonomi. Dari sisi supply-nya, BI akan memonitor perbankan mana saja yang akan ke arah sana. Sehingga demand dan supply ini bisa semakin efektif.
"Sehingga pertumbuhan kredit itu bisa meningkat. Kami optimistis perbankan tahun ini pertumbuhan kredit akan 10-12% dan mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry.
Di bidang pendanaan, Bank Indonesia mengatakan ini akan bergantung pads pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Tetapi pendanaan perbankan tidak hanya pertumbuhan DPK, tapi bagaimana surat berharga negara (SBN) yang dimiliki perbankan juga sebagai sumber pendanaan. Sehingga banyak inovasi yang dilakukan baik di moneter dan makroprudensial.
"Sehingga pendalaman pasar Repo dengan underlying market itu menjadi fokus. Sehingga akan memperluas, mempermudah pendanaan oleh perbankan. Ketergantungan pada DPK itu bisa lebih dikurangi. Bank Indonesia juga akan mengeksplor sumber-sumber pendanaan yang dari perbankan yang lain, termasuk juga sumber-sumber dari pendanaan luar negeri," kata Perry. (Try/Z-7)
Terkini Lainnya
Rupiah Melemah, Airlangga: Fundamen Ekonomi Indonesia Kuat
BI Putuskan Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25%
Pemerintah Pastikan Kesiapan APBN untuk Respons Kenaikan BI Rate
Sri Mulyani Soroti Mahalnya Biaya Pinjaman Bank Dunia
Inflasi AS di Atas Konsensus, Ekspektasi Penurunan Fed Fund Rate Mulai Bergeser
Saham AS Terpukul Data Inflasi Terbaru, Harga Emas Melonjak
Aprindo: Iuran Tapera bisa Menurunkan Daya Beli Masyarakat
BI Diperkirakan Tahan BI Rate Hingga Akhir Tahun
Kenaikan BI Rate pada April Berbuah Manis
BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6,25%
Tekanan Mereda, BI Disarankan Tahan Suku Bunga Acuan
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap