visitaaponce.com

Kompak Emas Cetak Rekor Harga Baru, Nikel Tembus US18.000 per Ton

Kompak! Emas Cetak Rekor Harga Baru, Nikel Tembus US$18.000 per Ton
Ilustrasi(AFP)

Harga emas tembus US$2.195,2/troy ons pada Jumat (8/3) malam. Itu menjadi rekor harga tertinggi baru dalam perdagangan intraday (all time high), melewati level tertinggi sebelumnya di US$2.135/troy ons pada 4 Desember 2023.

Pada perdagangan Rabu (13/3), harga emas tercatat berada di level US$2.158/troy ons, naik tipis (+0,02%) setelah melemah sebesar -1,2% pada perdagangan Selasa (12/3).

"Meski begitu, harga emas saat ini masih berada pada kisaran level tertinggi baru," kata Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani, Rabu (13/3).

Baca juga : Pabrik Feronikel di Halmahera bakal Perkuat Hilirisasi Mineral Antam

Penguatan harga emas menjadi katalis positif bagi emiten produsen emas seperti Archi Indonesia (ARCI), Bumi Resources Minerals (BRMS), Wilton Makmur Indonesia (SQMI), J Resources Asia Pasifik (PSAB), Merdeka Copper Gold (MDKA) dan Anrka Tambang (ANTM) karena dapat meningkatkan harga jual rata-rata (ASP) dan margin laba.

Sementara itu, harga nikel tercatat naik 14,5% dalam sebulan, menembus US$18.000/ ton. Harga nikel di pasar spot naik 0,91% ke level US$18.325/ton pada perdagangan hari Selasa (12/3), menandai level tertinggi sejak Oktober 2023. Dalam 1 bulan terakhir, harga nikel telah mengalami reli dengan naik 14,5%.

Kendati demikian, dalam kurun satu tahun terakhir, harga nikel cenderung bergerak melemah, utamanya disebabkan oleh tingginya pasokan dari Indonesia.

Baca juga : Antam Cetak Rekor Penjualan Tertinggi Emas di Tahun 2022

"Di sisi lain, proses persetujuan rencana kerja (RKAB) pertambangan nikel berjalan lambat, sehingga berpotensi menghambat produksi nikel Indonesia," kata Senior Investment Analyst Stockbit Anggaraksa Arismunandar.

Penguatan harga nikel dalam sebulan terakhir juga ditopang oleh prospek pemulihan ekonomi global, yang ditandai antara lain oleh inflasi Tiongkok yang tercatat sebesar 0,7% (YoY) pada Februari 2024.

Realisasi inflasi tersebut melampaui estimasi konsensus di level 0,3% (YoY), sekaligus menandai kenaikan inflasi pertama di Tiongkok sejak Agustus 2023.

Baca juga : Harga Emas Antam Turun Rp10.000 pada 13 Maret 2024

Pulihnya harga benchmark nikel berpotensi mengangkat rata-rata harga jual (ASP), sehingga dapat berdampak positif pada kenaikan pendapatan bagi emiten-emiten pertambangan nikel, seperti Vale Indonesia (INCO), Aneka Tambang (ANTM), Merdeka Battery Materials (MBMA) dan Tri Megah Bangun Persada (NCKL).

Perusahaan nikel di Indonesia sendiri memiliki struktur biaya yang relatif lebih kompetitif, sehingga memungkinkan untuk bertahan di tengah pelemahan harga nikel.

"Sebagai contoh, INCO dan NCKL memiliki biaya kas (cash cost) di kisaran US$10.000/ton. Selain itu, NCKL juga memiliki rencana kenaikan kapasitas produksi yang signifikan hingga mencapai 425 ribu ton pada 2025," kata Anggaraksa.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat