visitaaponce.com

Pengangguran AS Meningkat, The Fed Beri Ruang untuk Penurunan Suku Bunga

Pengangguran AS Meningkat, The Fed Beri Ruang untuk Penurunan Suku Bunga
Gubernur Bank Sentral AS The Fed Jerome Powell mengatakan naiknya pengangguran akan menjadi pesan untuk menurunkan tingkat suku bunga.(AFP)

PADA 2022, Bank Sentral AS The Fed menaikkan tingkat suku bunga untuk menghentikan spiral upah yang tentu tidak diharapkan untuk terjadi di tengah ketenagakerjaan yang cukup ketat kala itu.

"Namun saat ini angka pengangguran terus meningkat, oleh karena itu The Fed memberikan ruang yang lebih besar untuk menurunkan tingkat suku bunga untuk menjaga angka pengangguran, meski ada potensi angka pengangguran ini akan jauh lebih tinggi," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus, Selasa (26/3).

Gubernur Bank Sentral AS The Fed Jerome Powell mengatakan naiknya pengangguran akan menjadi pesan bagi The Fed untuk menurunkan tingkat suku bunga. Pelemahan yang tidak terduga dalam pasar tenaga kerja akan membuat The Fed merespon dengan kebijakan.

Baca juga : Federal Reserve Pertahankan Tingkat Suku Bunga Tinggi, Tetapkan Rencana Pemotongan Tiga Kali di 2024

Powell saat ini tidak melihat adanya celah di pasar tenaga kerja, meski ada kenaikan pengangguran di sejumlah negara bagian. Di mana jumlah pekerja paruh waktu mulai berkurang diikuti dengan pengurangan jam kerja.

Powell khawatir, apabila pengangguran mulai meningkat, maka untuk waktu yang singkat, para perusahaan akan mengumumkan pemutusan hubungan kerja yang akan mendorong gelombang pemutusan bergerak lebih cepat.

The Fed semakin yakin untuk memangkas tingkat suku bunga, karena seperti yang disampaikan oleh Powell, bahwa The Fed terfokus kepada 2 hal, yaitu inflasi dan ketenagakerjaan.

Baca juga : Penurunan Suku Bunga oleh The Fed masih belum Jelas

Saat ini AS inflasi mulai bergerak turun, sedangkan ketenagakerjaan juga bergerak melemah. Tentu kedua hal tersebut merupakan yang diinginkan The Fed sebelumnya.

The Fed harus memberikan dukungan yang lebih besar terhadap perekonomian khususnya di pasar keuangan. Para pembuat kebijakan juga memberikan proyeksi dimana angka pengangguran akan berkisar 4% pada kuartal IV-2024.

Saat ini 20 negara bagian telah mencatatkan kenaikan pengangguran yang cukup besar, termasuk New York, California, Arizona, dan Wisconsin.

Baca juga : Data Inflasi AS Dukung Pelonggaran Suku Bunga pada Juni 2024

Saat ini perhatian pelaku pasar dan investor akan tertuju kepada data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2023, baik GDP Annualized dan GDP Price Index, yang dilanjutkan dengan data penting terkait dengan ketenagakerjaan seperti Initial Jobless Claims dan Continuing Claims yang diproyeksikan naik.

Data penting ini akan bersanding dengan data penting mengenai inflasi, mulai dari Personal Consumption dan Personal Spending yang naik. Sementara Personal Income mengalami penurunan.

Terakhir, pasar juga dan The Fed juga menantikan terakhir tentu data harga belanja konsumen (PCE Deflator, YoY) yang diproyeksikan naik, meski PCE Core Deflator YoY diproyeksi tetap.

Baca juga : Mayoritas Pasar Ekuitas Menguat Fokus Pengumuman Inflasi AS

Selain itu, Wholesale Inventories bulanan (MoM) dan Retail Inventories diproyeksikan mengalami kenaikkan, sehingga menambah volatilitas di pasar pekan ini.

Dari Eropa, data Consumer dan Economic Confidence akan mencuri perhatian, di tengah situasi dan kondisi yang penuh dengan tensi geopolitik.

Pelaku pasar dan investor juga menantikan data Tiongkok. Di mana Industrial Profits diproyeksikan akan naik meski mungkin tidak banyak. Begitupun dengan data PMI Manufacturing Tiongkok yang mulai beranjak pulih.

Baca juga : The Fed Catat Sedikit Peningkatan Aktivitas Ekonomi sejak Januari

Terakhir, dari Jepang, setelah menaikkan tingkat suku bunga, data inflasi Tokyo CPI YoY dan Tokyo Core CPI YoY mencuri perhatian. Begitu pula dengan Jobless Rate dan Job to Applicant Ratio yang diproyeksikan akan sama.

Seiring dengan meningkatnya inflasi di Jepang dan kenaikkan upah di atas 5%, tentu saja data Retail Sales tahunan (YoY) diproyeksikan naik dari sebelumnya 2,1% menjadi 2,8% - 3%.

"Pekan ini akan menjadi pekan yang penuh dengan ketidakpastian, namun juga harapan," kata Nico. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat