Lebaran, Masyarakat Kelas Menengah Bawah Masih Tetap Tertekan
DIREKTUR Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, kelas menengah ke bawah masih akan menghadapi tekanan dan terpukul paling keras di tengah peningkatan konsumsi saat periode Lebaran. Sebab, sebagian besar kelompok masyarakat itu juga merupakan pekerja di sektor informal.
"Pekerja sektor informal ini sebagian tidak menerima THR, kemudian kepastian kerjanya menurun, kesempatan kerja menyempit, ini yang terpukul daya belinya dan berpengaruh pada tingkat konsumsi rumah tangga," ujarnya saat dihubungi, Jumat (29/3).
Kelas menengah bawah, lanjut Bhima, sedianya masih bisa melakukan konsumsi di musim Lebaran. Itu dapat dilakukan dengan menggunakan uang simpanan atau tabungan yang mereka miliki. Jika tak punya, maka ada opsi untuk melakukan pinjaman.
Baca juga : Bank Indonesia Siapkan Uang Tunai Rp197,6 T untuk Ditukarkan Jelang Lebaran 2024
Karenanya, menjelang Lebaran terjadi kenaikan permintaan pinjaman, utamanya pada skema beli sekarang bayar nanti (buy now pay later/BNPL). Hal itu, imbuh Bhima, jelas mengindikasikan pertumbuhan belanja atau konsumsi masyarakat di musim Lebaran bersumber dari utang.
"Artinya mereka harus membayar pascalebaran ini dan khawatir akan berdampak juga pada tingginya angka NPL atau tingkat gagal bayar di pinjol," terangnya.
Opsi lain yang dimiliki kelas menengah bawah ialah tetap melakukan belanja dengan kualitas rendah. Tingkat konsumsi akan meningkat meski tipis, namun kualitas belanja yang dilakukan jauh dari kata baik.
Baca juga : Penurunan Kemiskinan Berjalan Lambat, Target Zero Poverty Sulit Dicapai
Hal itu sering ditemui pada kejadian orang yang menjual atau menggadai asetnya untuk bisa ikut melakukan mudik. Dus, kondisi kelas menengah pada Lebaran tahun ini akan berkutat pada utang dan menjual aset untuk bisa melakukan konsumsi.
Karenanya, menurut Bhima, ramalan perputaran uang yang meningkat pada periode Lebaran tahun ini bisa dibilang tak merata. "Kalau kelas atas itu kan memang masih mempunyai simpanan yang banyak, sehingga total akumulasi belanja nasional selama Lebaran yang diperkirakan oleh Kadin itu, itu belum mencerminkan pembagian proporsi belanja tiap kelompok konsumen," tuturnya.
"Sekarang yang harus dilindungi adalah kelas menengah tadi, menengah ke bawah, itu perlu dilindungi oleh bantalan sosial, dilindungi oleh dorongan kesempatan kerja yang meningkat," pungkas Bhima.
(Z-9)
Terkini Lainnya
Kelas Menengah tidak Anggap Beli Mobil Sebuah Prioritas
Modus Baru TPPO Sasar Anak Muda dari Kelas Menengah yang Paham Digital
Pemerintah Pastikan Perhatikan Kesejahteraan Masyarakat Kelas Menengah
Lihat Gibran Rakabuming Raka di Debat Kedua, Masyarakat Kelas Atas Ubah Pilihan
Bappenas: Industri Pesawat Bisa Selamatkan RI dari Jebakan Negara Berpendapatan Menengah
Pengamat : Judi Online bisa Menurunkan Sisi Produktivitas
UKP Beri Bantuan Santri di Serang untuk Wujudkan Ketahanan Pangan
Pemerintah Khawatir Indonesia Tak Lolos dari Middle Income Trap
Batik Nitik dan Sasirangan, dari Warisan Budaya Menjadi Kekayaan Ekonomi
Pimpinan DPR RI Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji, Fokus pada Layanan Jemaah Haji
Bali Kembali Jadi Venue Circle K Run Tahun Ini
Kurban dan Sinergi Kebangsaan
Apakah Dokter Asing merupakan Solusi Mengatasi Masalah Kesehatan?
Pajak untuk Generasi Emas
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Dari Kebangkitan Menuju Keadilan: Membangun Kesetaraan di Rumah Tangga
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap