visitaaponce.com

Bappenas Industri Pesawat Bisa Selamatkan RI dari Jebakan Negara Berpendapatan Menengah

Bappenas: Industri Pesawat Bisa Selamatkan RI dari Jebakan Negara Berpendapatan Menengah
Pesawat N250 buatan Presiden BJ Habibie.(MI/Anggoro)

MENTERI Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/ Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan untuk Indonesia keluar dari jebakan negara dengan penduduk berpendapatan kelas menengah.

Salah satu upayanya yaitu harus berani memilih untuk meningkatkan sektor ilmu pengetahuan dan teknologi, serta riset dan pengembangan.

“Sehingga dengan berani fokus pada keahlian ilmu pengetahuan dan riset pengembangan tertentu, pendapatan dari per kapitanya bisa dengan cepat naik, dan keluar dari middle income trap,” kata Suharso pada pidato Orasi Ilmiah dalam rangka Mengenang Visi dan Pemikiran BJ Habibie sekaligus Bapak IPTEK Nasional, dengan tema bertema Peran IPTEK, inovasi dan sektor lain dalam Menuju Indonesia Emas 2045, di Jakarta (21/9).

Baca juga : Kepala BPIP Dorong Generasi Milenial Pegang Teguh Pancasila sebagai Pengembangan Iptek

Mengutip data Bank Dunia Juli 2023, Suharso menjelaskan, Pendapatan Nasional Bruto per kapita Indonesia berada di angka US$4.580, berada sedikit di atas standar status negara berpendapatan menengah ke atas yang batas minimalnya ada di US$4.500. Sehingga posisi ini sebenarnya masih rentan bagi Indonesia untuk turun kembali ke negara berpendapatan menengah bawah.

Sedangkan standar pendapatan untuk lepas dari status negara berpendapatan menengah, setidaknya Indonesia harus memiliki pendapatan per kapita per tahun sebesar US$11.906.

“Indonesia memang naik kelas ke status upper middle income, dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2022 sebesar 5,31% dengan pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 yang sebesar 5,31%. Ini terjadi setelah posisi sempat turun ke lower middle income country pandemi tahun 2020 dan 2021,” kata Monoarfa.

Baca juga : Presiden akan Keluarkan Inpres soal Penyediaan Air Minum

Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tren melambat. Dalam 20 tahun terkahir hanya berkisar pada 5%. Dia katakan situasi ini berbeda dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia pada rentang tahun 1986-1990 yang berada di 6,28%, dan rata-rata pada rentang tahun 1990-1999 yang berada di kisaran 6,91%.

“Dari tahun 2000-2020, kisaran pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada 4,88%. Indonesia sempat mengalami pertumbuhan double digit, yaitu di tahun 1968 yang tumbuh 10,92% dan di tahun 1980 dimana ekonomi tumbuh 10,00%. Namun dalam 20 tahun terakhir, hanya mampu tumbuh pada kisaran 5%,” kata Suharso.

Sehingga, Bappenas melihat perlu diupayakan peningkatan pendapatan yang berasal sumber-sumber pertumbuhan baru, yang tidak membangun dari nol, melainkan membangun yang sudah ada.

Baca juga : Bappenas: RI Kekurangan Tenaga Kerja Terampil yang Ahli di Bidangnya

 

Selain hilirisasi, kata Suharso, Indonesia bisa mulai menseriuskan apa yang sudah dimulai oleh BJ Habibie, yaitu membangun pesawat.

 

Baca juga : Indonesia Butuh lebih Banyak Industri Berbasis Inovasi

BJ HABIBIE TERIMA MENTERI PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN FINLANDIA TAHUN 1983. (Sumber : Antara)

 

Baca juga : Indonesia Targetkan Transformasi Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan

Hal yang menjadi gagasan ini, yaitu pertama ilmunya sudah dimulai sebelumnya. Para cendikia bisa meneruskan pengembangannya. Kedua, industri ini harus dibangun oleh orang-orang yang tepat yang memahami Indonesia sebagai kepulauan. Sehingga pengembangan pesawat maupun esawat terbang terapung (seaplane) akan menjadi potensi moda transportasi baik untuk domestik, maupun dipasarkan ke luar negeri.

 

Kejar Sertifikasi N219

Saat ini Bappenas masih terus melakukan prototyping dan sertifikasi pesawat amphibi N219 untuk standar internasional. Kementerian Pertahanan pun diharapkan untuk membeli pesawat jenis ini. Suharso Monoarfa menjelaskan pesawat amphibi N219 sudah ada sertifikasi yang berlaku di nasional dan saat ini sedang mengejar untuk prototyping dan sertifikasi internasional dari The Federal Aviation Administration (FAA).

Baca juga : Kebijakan Kependudukan Strategis untuk Indonesia Emas 2045

“Kami sedang mengejar sertifikasi internasional (FAA), diharapkan akan bisa dikomersialisasikan kepada masyarakat luas pada 17 Agustus 2024,” kata Suharso. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat