visitaaponce.com

Citi Indonesia Dolar AS Makin Perkasa, Indonesia Butuh Lebih Banyak Capital Inflow

Citi Indonesia: Dolar AS Makin Perkasa, Indonesia Butuh Lebih Banyak Capital Inflow
Seorang pekerja memantau alat berat yang difungsikan dalam pengerjaan pembangunan salah satu industri di Kawasan Industri Terpadu Batang(Antara)

CITI Indonesia melihat Indonesia butuh lebih banyak aliran modal asing atau capital inflow di luar penanaman modal langsung (FDI). Hal ini perlu untuk menopang pelemahan rupiah.

Pada perdagangan Selasa (2/4), rupiah ditutup pada level Rp 15.882 per dolar AS, dan sempat menyentuh 15.980 pada proses pergerakannya.

Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman, melihat selama 3 bulan di tahun 2024, dia melihat aliran modal asing (inflow) tahun ini inflow ke pasar saham sejauh ini masih positif. Sebaliknya capital flow ke obligasi agak cenderung negatif.

Baca juga : Rupiah Melemah Tipis di Angka Rp15.518 per dolar AS

Pergerakan dolar AS secara umum menekan terhadap mayoritas mata uang negara lainnya. Pada Selasa pagi (2/4) waktu Indonesia, terpantau indeks dolar AS mendekati 105.

"Ini menandakan dolar AS kuat secara umum. Bukan hanya terhadap rupiah tapi juga mata uang negara lain," kata Helmi pada Paparan Prospek Ekonomi oleh Citi Indonesia, di Jakarta, Selasa (2/4).

Penguatan rupiah kemungkinan akan bisa terjadi apabila Bank Sentral AS The Fed memulai penurunan suku bunga. Citibank Indonesia memperkirakan tingkat suku bunga Fed Fund Rate akan turun di bulam Juni 2024, dengan ekspektasi kondisi ketenagakerjaan AS dalam beberapa bulan ke depan akan semakin lemah.

Baca juga : Kenaikan BI Rate Dinilai Belum Perlu

Namun selain persoalan tingkat suku bunga AS yang memberi tekanan terhadap rupiah, Indonesia juga masih harus terus mewaspadai pelemahan rupiah di akhir tahun. Sebab jelang akhir 2024, Amerika Serikat akan mengadakan Pemilu.

Mantan Presiden AS Donald Trump akan kembali bertarung dan kemungkinan popularitasnya tinggi. Sehingga menurut analisa Citi Indonesia, kalau Trump kembali terpilih menjadi presiden AS, maka akan cenderung positif terhadap kekuatan dolar AS.

"Sehingga, apabila dolar AS kembali dan semakin menguat terhadap semua mata uang secara umum, Indonesia harus lebih waspada lagi akhir tahun," kata Helmi. (TryZ-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat