Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Manufaktur Cenderung Lambat
![Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Manufaktur Cenderung Lambat](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/05/a48d4d141d710dbe218db9e226baf4f9.jpg)
DIREKTUR Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal mengatakan bahwa jumlah tenaga kerja di sektor manufaktur meningkat naik diiringi dengan pertumbuhan yang lambat.
"Kenapa lambat karena satu pertumbuhan manufakturnya itu relatif lambat tidak cepat, value output manufaktur dibawah 5 persen ditambah lagi serapan tenaga kerjanya lebih lambat lagi," kata Faisal saat dihubungi pada Kamis (9/5).
Hal itu, sambung Faisal, tidak terlepas dari banyaknya manufaktur yang sedikit demi sedikit beralih dari padat karya ke penggunaan elektronik, mesin dan mengurangi tenaga manusia
Baca juga : Tantangan 2024, Ini Saran Pengamat untuk Industri Minuman Ringan
"Pabrik-pabrik yang tutup itu tidak lepas dari kemampuan untuk bisa survive dari kendala yang dihadapi sektor manufaktur," jelas Faisal.
Dari sekian banyak kendala itu, lanjut dia, diantaranya adalah ketidakharmonisan dalam hal kebijakan. Faisal menilai banyak kebijakan yang kontra produktif di industri manufaktur seperti kesulitan dalam hal memperoleh bahan baku karena peraturan impor yang terlalu ketat untuk bahan baku, kemudian pengembangan produksi suplai dalam negeri untuk bahan baku juga terbatas
"Kemudian dalam hal persaingan di pasar juga banyak kebijakan-kebijakan yang kurang berpihak kepada industri domestik dalam hal penguasaan pasar dalam negeri serta banyak hambatan untuk ekspor dari peraturan pemerintah," ungkap dia.
Selain itu, Faisal menyebut bahwa banyak komponen-komponen biaya produksi di sektor manufaktur yang terus meningkat mulai dari biaya energi, biaya birokrasi dan lain-lain sehingga mengurangi profitabilitas dan berdampak terhadap tutupnya pabrik-pabrik sektor manufaktur dan menyebabkan gelombang Pemutusan Hak Kerja (PHK).
"Oleh karena itu pemerintah harus memperhatikan harmonisasi kebijakan ini. Termasuk diantaranya selain juga memberikan insentif ada keberpihakan dari sisi hilir dalam hal penguasaan pasar dalam negeri, kemudahan dalam pasar ekspor, kemudahan dalam membantu menekan biaya industri manufaktur dan lain sebagainya. Sehingga industri manufaktur bisa survive, berkembang, dan menyerap lebih banyak lapangan kerja," tandasnya. (Fal/Z-7)
Terkini Lainnya
Perluas Pasar, Manufaktur Furnitur Metal Jalin Kerja Sama OEM 20 Brand Ternama
Dorong Pertumbuhan Industri Manufaktur Bernilai Tambah Tinggi
Rupiah 4 Juni 2024 Menguat 10 Poin
IHSG Senin (3/6) Ditutup Menguat Ikuti Bursa Kawasan Asia
Pengangguran Gen Z Tinggi, Pemerintah Diminta Prioritaskan Sektor Padat Karya
Bertemu Mendag Korea, Wamendag RI Sampaikan Komitmen Indonesia Tingkatkan Kerja Sama Perdagangan
KSP: Harga Beras Mahal karena Defisit dan Biaya Produksi Naik
Dorong Modernisasi Alat dan Mesin Pertanian
Mengenal 5 Faktor Produksi Beserta Contoh dan Manfaat
Harga Kedelai Impor Naik, Penjualan Tempe Menurun
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap