Sukses Bangunkan Lahan Tidur, Produksi Gabah Petani Capai 8 Ton per Hektare
![Sukses Bangunkan Lahan Tidur, Produksi Gabah Petani Capai 8 Ton per Hektare](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/05/8f2f3a4bacf6b2e4d3956a633b100564.jpeg)
PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) berhasil melakukan pendampingan kepada petani mengolah lahan tidak produktif seluas 6 hektare (ha) di Desa Kedung Rawan, Sidoarjo, Jawa Timur. Kesuksesan itu terbukti dengan produksi gabah yang mencapai 8 ton per ha pada musim tanam (MT) ketiga.
Selain WPI, program pendampingan tersebut juga didukung oleh PT wilmar Chemical Indonesia yang memproduksi Pupuk Mahkota dan Syngenta yang menyediakan pestisida.
Rice Business Head PT WPI Saronto menjelaskan, dalam program pendampingan yang telah berlangsung sejak 2023, pihaknya berhasil mendampingi petani menghidupkan kembali lahan tidak produktif tersebut. Pada MT ketiga itu petani mampu mencapai produksi gabah hingga 8 ton per ha. "Keberhasilan ini bisa menunjukkan ke petani, kalau dikelola dengan baik hasilnya akan bagus," kata Saronto di sela Panen Padi Swa Kelola di Desa Kedung Rawan, Rabu (8/5) lalu.
Baca juga : Kementan Perkuat Resonansi Duta Petani Millenial dan Duta Petani Andalan
Sesuai komitmen awal, pendampingan perusahaan hanya dilakukan hingga tiga kali musim tanam. Setelahnya, lahan akan dikembalikan ke masyarakat untuk dikelola secara mandiri. Meski demikian, WPI akan tetap memberikan pendampingan teknis hingga mereka mampu mengelola sendiri. Perusahaan juga membangun pintu air khusus untuk lahan tersebut di saluran irigasinya. "Kemitraan ini tetap berlanjut karena kami menyerap hasil panen petani," ujar dia.
Awalnya, lahan tidak produktif tersebut sudah 10 tahun tidak digarap petani karena termasuk ke dalam daerah banjir. Lahan itu kemudian ditawarkan ke Wilmar agar memberikan pendampingan ke petani. Saronto menjelaskan, menghidupkan lahan tidur tidak mudah. Pada MT satu, pengelolaan lahan dapat dikatakan gagal karena masih lahan banyak gulma yang tumbuh dan menelan biaya cukup besar. Saat panen hasilnya juga hanya 1,6 ton per ha dari target 6 ton per ha.
Belajar dari MT satu, perusahaan mulai menganalisa kembali dan melakukan perbaikan pada pengelolaan lahan. Pada MT dua, selain biaya dapat ditekan, hasil panen melonjak hingga 6 ton per ha.
Baca juga : Muncul Penawaran Pupuk Subsidi Lewat Medsos di Sragen, Dinas Pertanian Sragen Yakin Penipuan
Saronto menambahkan, pengelolaan lahan tidur bertujuan untuk mendukung peningkatan produksi pangan melalui lahan yang sudah ada. WPI telah berencana kembali melakukan pendampingan lahan tidak produktif lainnya. Salah satunya ada di Mojokerto seluas 20 ha. "Kendalanya adalah biayanya besar dan potensi gagal pada MT satu, itu yang menyebabkan lahan tidur banyak yang dibiarkan," tutur Saronto.
Pada kesempatan itu, Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo Abriyani Susilowati mengatakan, kemitraan antara pemerintah, perusahaan dan petani dinilai seperti gayung bersambut karena adanya bantuan bagi kebutuhan petani. Saat ini semakin banyak petani berusia lanjut sehingga tenaganya berkurang. Sementara, kebutuhan pangan terus meningkat yang dibarengi dengan luas lahan yang berkurang. "Kami menyambut baik kerjasama ini, dengan harapan dapat membantu petani dan mendapatkan hasil yang lebih baik," kata Abriyani.
Pihaknya berharap, peningkatan produksi pangan di Sidoarjo dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan sendiri, karena selama ini wilayah tersebut belum dikenal sebagai lumbung pangan. Kenaikan harga beras juga akan berdampak terhadap inflasi.
Ketua Kelompok Tani Suko Tani Imam Baihaqi mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi karena mendapat pendampingan dari perusahaan dan dinas pertanian daerah dalam menghidupkan lahan tidak produktif. Petani juga tidak perlu keluar modal karena sarana produksi telah disediakan perusahaan. Mereka juga berkomitmen untuk meneruskan metode yang diajarkan dalam pendampingan tersebut. "Jaman sekarang petani harus maju agar tidak dipandang sebelah mata," ujar Baihaqi.
Selain itu, petani juga dapat menjual hasil panennya ke WPI, sehingga tidak perlu lagi tergantung tengkulak. Mereka juga akan mengajak petani lainnya untuk bergabung dalam program tersebut. (Z-6)
Terkini Lainnya
Asahan Dorong Petani Kembangkan Pengolahan Limbah Lidi Sawit
Puluhan Hektare Sawah di Aceh Terancam Gagal Panen Akibat El Nino
Kementan Dorong Petani Muda Kembangkan Pertanian Lahan Rawa Modern
Waduk di Pantura Mengering, Ratusan Hektare Tanaman Pangan Terancam Gagal Panen
Kementan Berikan Bantuan kepada Para Petani Muda di Daerah
Petani Milenial Perempuan Tingkatkan Jejaring Dorong Produktivitas
Berkat Sikapi El Nino, Petani Semangka di Aceh Riang Gembira
Guru Besar IPB Sebut Gelombang Panas tak Berdampak Signifikan
Muncul Penawaran Pupuk Subsidi Lewat Medsos di Sragen, Dinas Pertanian Sragen Yakin Penipuan
Kabupaten Kuningan Bulan Ini Mulai Panen Raya
Canangkan Pertanaman IP300 di Jeneponto Mentan Optimis Produksi Meningkat
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap