visitaaponce.com

Berkat Sikapi El Nino, Petani Semangka di Aceh Riang Gembira

Berkat Sikapi El Nino, Petani Semangka di Aceh Riang Gembira
Petani sedang memanen semangka di kawasan sawah Blang Reubee, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, Aceh(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)

PETANI padi yang beralih ke semangka untuk mewaspadai fenomena El Nino dan menghindari musim kekeringan di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, kini riang gembira. Mereka adalah petani sawah yang biasanya menanam padi musim gadu (musim tanam kedua).

Setelah menganalisa cuaca dan sesuai kearifan lokal, sebagian mereka memutuskan musim gadu kali ini memilih menanam semangka dan palawija lainnya. Tindakan cerdas tidak memaksa diri menanam padi ini untuk menghindari fenomena alam El Nino yang sejak tiga bulan terakhir yang terasa di kawasan setempat.

Kegirangan dan kegembiraan mereka sekarang karena hasil produksi panen buah semangka melimpah ruah. Itu sebabnya sangat tepat pilihan menanam buah tinggi kandungan air tersebut.

Baca juga : Siasati El Nino, Petani Padi di Aceh Tanam Semangka

Pemasaran buah kaya serat dan baik untuk pencernaan itu di Aceh sangat mudah. Lalu harganya juga cukup lumayan dan permintaan  juga tinggi.

Amatan Media Indonesia pada Kamis dan Jumat (17/5) misalnya, harga semangka non biji di tingkat petani Rp5.000 per kg. Lalu untuk semangka berbiji yaitu Rp3.000 per kg.

Muhammad Amin petani di Desa Mesjid Reubee, Kecamatan Delima, kepada Media Indonesia, Jumat (17/5) mengatakan lahan yang ditanami semangka miliknya tidak luas yaitu sekitar 250 meter atau seperempat hektare (ha).

Baca juga : Hama Ulat Penggerek Batang Serang Lahan Sawah di Aceh

Sedangkan modal yang dikeluarkan Amin sekitar Rp2 juta. Ternyata hasil panen buah berkulit hijau lumut dan berdaging merah itu mencapai Rp8 juta.

"Umur panen pun tidak lama, yaitu berkisar 60-70 hari setelah tanam. Kemudian tidak membutuhkan pupuk banyak dan kebutuhan air juga sangat sedikit yaitu sesuai untuk musim kekeringan," tutur Amin.

Ini tentu, perolehan keuntungan hasil panen semangka jauh lebih besar dibandingkan pendapatan menanam padi. Apalagi menanam padi musim gadu yang dibayangi cuaca buruk atau fenomena El Nino.

Baca juga : Petani Padi di Pidie Diharapkan Selesai Tanam di Bulan Januari

Karena mendapatkan keuntungan lebih menjanjikan, ke depan petani setempat semakin tertarik menanam semangka dan berbagai palawija lainnya saat musim gadu. Ini jalan keluar mewaspadai fenomena El Nino atau musim kekeringan.

Pakar ilmu tanah dari Universitas Syiah Kuala (USK) Aceh, DR Helmi mengatakan, kalau musim kemarau dan cuaca panas tidak dianjurkan berani tanaman tinggi asupan air seperti padi sawah. Apalagi fenomena alam El Nino yang cukup sulit pertumbuhan tanaman.

Di antara cara bersahabat dengan El Nino tentu memilih tanaman pangan yang mampu beradaptasi. Kalau memaksa yang lain itu risiko kegagalan lebih besar.

"Kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman padi sawah mencapai 2 liter per hektare per detik. Sedangkan palawija hanya seperlima per hektare per detik" tutur Helmi putra asal Kabupaten Pidie yang juga alumnus Doktoral Nagoya University, Jepang. (MR/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat