visitaaponce.com

100 Ha Tanaman Pangan Dibabat Akibat Gagal Panen

100 Ha Tanaman Pangan Dibabat Akibat Gagal Panen
Ilustrasi Padi yang puso akibat kekeringan(MI/Liliek Dharmawan)

SEDIKITNYA seratusan hektare tanaman pangan di sejumlah kecamatan Kabupaten Gresik, Jatim, terancam gagal panen akibat cuaca ekstrim dampak El Nino. Tanaman jagung dan padi di kawasan tersebut tidak bisa tumbuh dengan normal akibat kekurangan pasokan air.

Kondisi tersebut mengakibatkan petani resah. Sebagian petani pemilik lahan tadah hujan itu terpaksa membabat tanaman untuk pakan ternak. Sebagian petani lainnya, pasrah menunggu hujan turun sambil berharap jagung bisa panen secara optimal.

"Kami terpaksa membabat tanaman padi yang terancam puso akibat kekeringan," keluh Sukardi, petani di Kecamatan Panceng ini, Rabu (5/6) siang.

Baca juga : Puluhan Hektare Jagung di Pesisir Puso Dampak El-Nino, Petani di Pantura Terpaksa Membabat Padi akibat Puso Kekeringan

Sejak awal mengolah lahan, kata dia, hingga padi berumur 35 hari,  baru beberapa kali turun hujan dengan deras. 

"Selebihnya hingga saat ini hujan gerimis beberpa kali," jelasnya.

Dengan kondisi tersebut proses pertumbuhan tanaman tidak berlangsung secara normal. Menurut dia, pasokan air yang sangat minim membuat tanaman kerdil dan cenderung tidak subur.

Baca juga : Tanaman Padi Daerah Tadah Hujan di Klaten Terancam Kekeringan

Kondisi tersebut juga terjadi pada awal musim penghujan akhir Desember tahun lalu akibat cuaca ekstrem. Dampak El-Nino telah dirasakan petani di kampungnya sejak dua tahun terakhir.

"Kami hanya pasrah Mas. Dan musim ini kembali tidak panen, paceklik lagi sekarang," tambahnya.

Kondisi serupa juga dialami ratusan petani jagung di kawasan setempat. Jagung yang berumur hampir 60 hari itu juga tidak bisa tumbuh dengan optimal akibat cuaca panas yang ekstrem.

Baca juga : El Nino Belum Berakhir, Kementan Terus Genjot Produksi Padi dan Jagung

"Jagung jadi kerdil, dan buahnya kecil-kecil. Sementara yang berumur 30 hari juga tidak tumbuh dengan baik bahkan, terancam puso akibat kekeringan," ungkap Munif, petani lainnya.

Menurut dia, sejak awal tanam dua bulan jarang sekali turun hujan di kawasan setempat. Lebih dari 100 hektare lahan jagung di kampungnya dan beberapa desa di sekitar kawasan Kecamatan Panceng terancam tidak panen pada musim kemarau kedua ini.

Sebagian petani yang sudah putus asa, terpaksa membabat tanamannya. Sebagian lainnya, juga terpaksa menyemprot mati jagungnya karena terserang penyakit dan kerdil.

"Jagung sudah tidak ada harapan panen. Habis dipupuk malah ga ada hujan turun, ya mulai merangas. Kita paceklik lagi tahun ini Mas. Gak panen jagung, " keluhnya.

Ia mengakui, sebagian petani lainnya pasrah dan membiarkan jagung tumbuh meski kerdil dan meranggas akibat kekeringan. Para petani berharap, hujan masih turun dengan intensitas tinggi agar tanaman bisa tetap panen secara optimal. (YK/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat