visitaaponce.com

Transaksi Kakao Capai 700 Juta Dolar AS, Ekosistem Digital sangat Dibutuhkan

Transaksi Kakao Capai 700 Juta Dolar AS, Ekosistem Digital sangat Dibutuhkan
Seorang petani menjemur biji kakao hasil panennya di Desa Toabo, Mamuju, Sulawesi Barat.(Antara)

Transaksi petani kakao di Indonesia diperkirakan mencapai US$700 juta per tahun. Angka tersebut muncul dari hasil penelitian yang dilakukan Better Than Cash Alliance, Partnership for Indonesia's Sustainable Agriculture (PISAgro), dan Pemerintah Indonesia.

Berkaca dari jumlah transaksi itu, pemerintah didorong untuk membantu para petani kakao di seluruh Tanah Air untuk masuk ke ekosistem digital. Pasalnya, sebagian besar transaksi yang dilakukan hingga saat ini masih dalam bentuk tunai. Penggunaan uang tunai dapat membatasi dan menghambat potensi pertumbuhan sektor kakao yang merupakan salah satu kontributor utama di bidang agrikultur.

“Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) memiliki tugas yang penting yaitu menjalankan 516 proyek inklusi keuangan di 38 provinsi. Berbagai inisiatif yang kami lakukan telah berhasil mengurangi kesenjangan indeks inklusi keuangan secara signifikan, dari 15% di tahun 2019 menjadi 4% di tahun 2022,” ujar Direktur OJK Institute Bayu Bandono melalui keterangan tertulis, Minggu (12/5).

Baca juga : Nilai Tukar Petani Naik Tipis, Didorong Kenaikan Harga Komoditas

Industri kakao di Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Pasifik dan terbesar ketiga secara global. Di dalam negeri, sektor tersebut memiliki peran penting dalam perekonomian nasional dan menjadi mata pencaharian yang sangat penting bagi masyarakat daerah, terutama di Sulawesi yang menyumbang 70% dari produksi kakao secara nasional.

Bayu mendorong para pemangku kepentingan bersama-sama menerima rekomendasi yang dihadirkan dalam laporan tersebut dan berfokus menerapkan inovasi yang dapat mempercepat penerapan transaksi digital yang dapat menggerakkan pembangunan berkelanjutan dan inklusi keuangan.

“Penerapan pembayaran digital dan mengintegrasikan transaksi ke sistem keuangan formal dapat memperluas inklusi keuangan bagi petani kakao. Hal ini dilakukan dalam rangka memperkenalkan produk tabungan, pinjaman, dan asuransi," tuturnya.

Baca juga : Jeli Pilih Produk dan Jaga Keamanan Transaksi agar Aman Investasi Digital

Southeast Asia Lead Better Than Cash Alliance, Isvary Sivalingam, mengatakan laporan tersebut juga mengajak pemerintah, pengusaha kakao, dan penyedia layanan keuangan untuk bersama-sama membangun model bisnis yang layak untuk penerapan pembayaran digital, terutama di daerah terpencil.

"Perlu ada investasi strategis untuk merevitalisasi sektor kakao ini. Namun, para petani kecil menghadapi tantangan dalam mengatur pengeluaran dan kebutuhannya karena rendahnya pendapatan dan terbatasnya akses layanan keuangan," jelasnya.

Ia mengungkapkan [etani kakao dan pelaku usaha lainnya dalam ranai pasok sektor tersebut menghadapi tantangan besar dalam mengakses modal untuk kebutuhan perkebunan. Menerapkan pembayaran digital untuk penjualan hasil panen dan pengumpulan data dapat membantu penyedia jasa keuangan melakukan proses credit-scoring yang lebih baik dan mengurangi risiko saat memberikan pinjaman kepada para petani. (RO/Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat