visitaaponce.com

Review Film Challengers Seks, Cinta Segitiga, dan Drama Tie Break Luca Guadagnino

Review Film Challengers: Seks, Cinta Segitiga, dan Drama Tie Break Luca Guadagnino
Scene dalam film Challengers.(Dok. IMDB)

FILM Challengers dari sutradara Italia Luca Guadagnino memberikan suguhan drama penuh tensi dari lapangan tenis. Bukan saja karena musik kencang dengan tempo cepat yang diramu duo Trent Reznor dan Atticus Ross, tetapi juga karena tensi drama cinta segitiga dari petenis Art Donaldson (Mike Faist), Patrick Zweig (Josh O’Connor), dan Tashi Duncan (Zendaya).

Layaknya permainan tenis yang saling mengembalikan bola ke lawan, begitu pula kisah dari ketiganya yang ditarik mundur-maju dari level dewasa ke masa mereka remaja saat masih jadi petenis junior.

Film dibuka dengan pertandingan antara Art dan Patrick. Art, adalah petenis kelas atas dengan banyak sponsor di belakangnya. Sementara Patrick, petenis yang masih berjuang di level bawah dan jauh dari hidup nyaman. Di antara keduanya, selain net, ada Tashi Duncan yang terlihat tegang mengikuti arah gerak bola.

Baca juga : 13 Film Ini Akan Tayang di Bioskop Januari 2024, Apa Saja?

Bagi Art dan Patrick, ada hal yang sama penting dijadikan sebagai trofi selain kemenangan di lapangan tenis. Tentu saja cinta, kalau boleh menyebut naifnya—tapi juga gairah membara dari Tashi. Tashi sudah jadi rebutan keduanya sejak mereka jadi petenis junior. Ketika itu, Tashi tampil gemilang dengan usia semuda itu sudah dapat sponsor aparel raksasa.

“Taruhannya” ketika itu, siapa yang menang tanding dalam kompetisi antara Art dan Patrick, maka berhak untuk menjalin hubungan dengan Tashi. Patrick dan Tashi pun lalu menjalin hubungan. Tapi, ketika di linimasa dewasa, Tashi berkeluarga dan punya anak dengan Art.

Berbekal kisah rumit di antara hasrat dan perasaan yang kompleks tersebut Guadagnino menjalankan alur Challengers sebagai film yang penuh sensasi sensual, sekaligus tensi tinggi drama romansa dan olahraga. Jika serial Break Point Netflix mengurai drama di balik lapangan para atlet tenis pro saat ini, Challengers memberikan lapisan yang lebih punya rasa. Siapa yang tersakiti dan apa yang sebenarnya ingin dimenangkan juga mungkin jadi bagian memiliki relevansi kita sebagai manusia.

Baca juga : Setelah 'Mencium Hujan', Frendy Horas Segera Produksi Dua Film Baru

Salah satu yang paling menarik dari film Challengers sebenarnya juga bagaimana Guadagnino mendorong sisi kreatif dengan mengemas beberapa bagian permainan tenis di film menjadi ke dalam mode gim. Sudut pandang seperti pemain gim video, diberikan Guadagnino pada babak tie break antara Art dan Patrick. Guadagnino, seperti menyimpan bagian ini untuk diberikan di akhir beserta eksplorasi bentuk visualnya yang tidak datar saja.

Sinematografer Sayombhu Mukdeeprom patut mendapat kredit dengan arahan sinematografinya yang juga turut menaikkan tensi film. Terlebih ketika arah bola dipantulkan ke kamera yang membuat efek ‘breaking the fourth wall.’ Penonton seperti terlibat di lapangan, begitu juga dengan mode sudut pandang pemain yang diberikan. Beberapa bagian, kita seperti menjadi Patrick atau Art dan mereka yang ada di layar, adalah model avatar kita.

Sayang sekali beberapa bagian film ini kena potong sensor. Mulai dari visual yang diburamkan hingga adegan yang benar-benar dihilangkan. Sebuah minus untuk menikmati keutuhan sensualitas sinema Guadagnino.

Film Challengers tayang di jaringan bioskop Indonesia mulai 26 April 2024.

(Z-9)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat