visitaaponce.com

Seks Bebas Jadi Faktor Utama Penularan HIVAIDS

Seks Bebas Jadi Faktor Utama Penularan HIV/AIDS
SOLIDARITAS: Relawan berkostum super hero mendongeng kepada anak-anak pengidap HIV/AIDS di rumah singgah Yayasan Lentera Solo, Jawa Tengah.(ANTARA/ STR)

SEKS bebas masih merupakan faktor utama risiko penularan HIV/AIDS. Selain itu semakin banyak orang yang tidak menyadari kalau dia terpapar virus yang menyerang kekebalan tubuh ini.

"Pada hari AIDS sedunia ini, saya diingatkan kembali akan kasus HIV/AIDS yang saya temukan di ruang praktek. Sebagian besar tidak menyangka bahwa mereka terkena HIV/AIDS. Sebagian kecil sudah merasakan kemungkinan menderita HIV/AIDS karena perilaku seks bebas yang dilakukan," ujar Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam, dalam keterangan resmi Selasa (1/12)

Beberapa pasien yang pernah dia tangani merupakan anak muda yang mendapat HIV/AIDS karena setiap minggu mencari hiburan dengan pergi ke tempat-tempat yang menyediakan wanita untuk dikencani. Selanjutnya ada seorang bapak yang sudah beristri didapat karena setiap dinas ke luar kota menyempatkan untuk pijat dan mendapatkan pelayanan plus-plus.

Ada juga karyawan hotel yang kadang kerja ekstra untuk melayani tamu bule sesama jenis. "Umur pasien juga bervariasi. Ada yang baru berumur 25 tahun. Bahkan ada yang berumur 65 tahun," ujarnya.

Menurut Ari saat ini profesi penderita HIV/AIDS juga beragam dari mulai penjaja seks sampai ibu rumah tangga. "Jadi boleh dibilang bahwa HIV dapat diderita oleh siapa saja dan dari semua kalangan," jelasnya

Ia menambahkan faktor risiko menjadi tidak jelas ketika pasien bukan pengguna narkoba jarum suntik, bukan pelaku seks bebas, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Gejala-gejala pertama yang muncul bisa macam-macam, ada juga pasien yang terdiagnosis setelah tindakan endoskopi ditemukan jamur pada kerongkongannya (esofagus). Lidah yang putih akibat jamur disertai berat badan turun juga perlu diduga disebabkan oleh virus HIV.

Dengan semakin banyak kasus HIV di tengah masyarakat mestinya kemampuan dokter untuk mendeteksi kasus ini meningkat. Semakin cepat diobati semakin cepat kita mencegah komplikasi yang terjadi.

"Saat ini pasien-pasien saya yang diobati dan harus minum obat seumur hidup dan juga obatnya gratis dari pemerintah bisa hidup normal tanpa keluhan bahkan berat badan mereka sudah kembali normal seperti sebelum sakit," paparnya.

Seperti diberitakan, setiap 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS sedunia. Virus HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga pasien yang terinfeksi akan mengalami berbagai infeksi oportunistik yang bisa mematikan penderitanya.

Hasil penelitian terbaru yang dipublikasi pada Journal AIDS pada  November 2020, yang dilakukan dr. Evi Yunihastuti dari FKUI/RSCM bersama-sama dengan peneliti Indonesia lainnya dan peneliti dari Malaysia dan Thailand, mendapatkan pada kelompok pasangan laki-laki sesama jenis dan pasangan perempuan transgender dengan HIV mempunyai resiko yang tinggi untuk terjadinya infeksi human papilloma virus (HPV) yang menetap.

Saat ini data di Indonesia menyebutkan bahwa penderita HIV/AIDS mencapai hampir 650 ribu penduduk. Jawa Timur menduduki tempat pertama jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia. Dilanjutkan DKI Jakarta.

Ini menjadi pekerjaan rumah untuk kedua pemda agar secara serius mengurangi penyebaran penyakit ini di tengah masyarakat. Tema hari AIDS dunia seperti yang di-released oleh WHO yaitu Global Solidarity, Resilient Services, Perkuat Solidaritas Tingkatkan Kolaborasi. Kasus HIV/AIDS ini bisa dicegah dan angka kejadiannya bisa ditekan dengan kesungguhan semua pihak agar jumlah kasus ini tidak meningkat.(H-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat