visitaaponce.com

Indonesia Bisa Contoh Tiongkok dan India dalam Penanggulangan Tuberkulosis

Indonesia Bisa Contoh Tiongkok dan India dalam Penanggulangan Tuberkulosis
Pasien terduga tuberkolosis melakukan konsultasi dengan dokter di sebuah Puskesmas(ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

INDONESIA disebut dapat mencontoh Tiongkok dan India dalam praktik menanggulangi penyakit tuberculosis. Walaupun kedua negara itu ada di 3 besar bersama Indonesia dalam jumlah kasus TB di dunia, ada penurunan kasus yang cukup signifikan dengan jumlah penduduk yang sangat besar.

Sebagai informasi, Global TB Report 2023 yang diluncurkan WHO menempatkan India di peringkat pertama dengan 27% kasus, disusul Indonesia 10%, dan Tiongkok 7,1%.

Direktur Pascasarjana Universitas YARSI yang juga eks Direktur WHO South East Asia Regional Office 2018-2020 Tjandra Yoga Aditama mencontohkan, Tiongkok memberi perhatian besar pencegahan dan pengobatan TB. Hal itu sudah dimasukkan ke dalam Health China Strategy.

Baca juga : Jepang, TBC dan Visa

Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kasus di Tiongkok turun 25%. “Angka tersebut dua kali dari angka penurunan rata-rata dunia,” kata Yoga dalam webinar Diskusi Denpasar 12, Rabu (5/6).

Tiongkok juga tidak main-main perihal penyediaan anggaran untuk TB. Pada 2023, kata Yoga, budget yang disediakan untuk tuberculosis mencapai 20 kali lebih tinggi dari tahun 2001. “Jadi bisa direkomendasikan juga bagaimana komitmen investasi Indonesia karena biaya untuk pengendalian TB ini bisa menyelamatkan bangsa,” jelasnya.

Selain itu, Tiongkok secara terus-menerus melakukan kerja sama multisektor. Bukan hanya kalangan kesehatan, tapi juga semua masyarakat. Dalam hal ini, generasi muda juga sangat terlibat di Tiongkok.

Baca juga : Angka kematian Tuberkulosis India Menurun, Indonesia Harus Belajar

“Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kader atau relawan kesehatan di Tiongkok meningkat lebih dari 1 juta orang. Tentu kadernya banyak karena penduduknya banyak. Tapi yang menarik dari 1 juta orang kader itu separuhnya adalah anak muda,” kata Yoga.

Hal lain adalah keterlibatan istri Presiden Xi Jinping atau Ibu Negara Tiongkok sebagai Goodwill Ambassadors for TB. Yoga juga berharap di Indonesia ada tokoh-tokoh yang ikut berperan dalam pengendalian TB.

“Ini yang namanya whole society approach, bukan pejabatnya saja tapi keluarganya juga berperan. Ini akan sangat membantu pengendalian TB,” katanya. Menurut Yoga, hasil semua kegiatan yang dilakukan di Tiongkok membuat angka kesembuhan TB di sana selalu di atas 90%.

Baca juga : Jepang Sesalkan Komentar Biden yang Menuding Negara itu Xenofobia

India juga memiliki sejumlah praktik penanganan TB yang bisa dijadikan referensi. Yoga menuturkan, setiap tahun India mengeluarkan buku TB report yang dibuka secara luas ke publik. “Bagus juga kalau kita punya TB report Indonesia yang mudah dibaca, terbuka luas tidak hanya untuk kalangan tertentu,” katanya.

Pada kasus TB di India, sejumlah faktor risiko turut mengintai, antara lain kurang gizi, HIV, diabetes, alkohol, dan merokok. Untuk itu, dalam penanggulangan TB, India juga menangani faktor-faktor tersebut sekaligus dalam satu program.

Misalnya ada 744.000 pasien TB yang kurang gizi tahun 2022. “Untuk memperbaikinya, selain dapat obat TB, dia dikasih uang 500 rupee atau sekitar Rp100.000 bagi hampir 1 juta orang. Jadi secara konkret uang diberikan. Tapi selain memberi uang dia juga diberi keranjang makanan,” kata Yoga.

Diabetes juga berperan penting pada tuberkulosis. Karena itu, sebanyak 92% pasien tuberkulosis di India dicek risiko diabetesnya dan langsung mendapat pengobatan diabetes. Begitu pun dengan pasien TB yang ketahuan merokok akan masuk program penghentian merokok. “Ini juga usul konkret yang bisa dilakukan Indonesia,” tutup Yoga. (Ifa/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat