visitaaponce.com

Disebut Silent Killer, Waspadai 2 Jenis Penyakit Tidak Menular Ini

Disebut Silent Killer, Waspadai 2 Jenis Penyakit Tidak Menular Ini
Infografis(MI)

PENYAKIT tidak menular (PTM) disebabkan adanya gangguan metabolik lingkungan dan perilaku individu. Penyakit ini dapat diidap oleh siapa saja, termasuk anak-anak sekalipun.

"Penyakit ini dapat diidap siapa saja. Bahkan penyakit ini juga sekarang menjadi pembunuh terbesar dan pembiayaan kesehatan tertinggi," kata Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, Cut Putri Arianie dalam webinar Kesehatan Perempuan Indonesia Cerdik, keluarga sehat cegah penyakit tidak menular - Cegah Komorbid Covid-19, Kamis (10/12).

Ia menyebutkan, beragam penyakit tidak menular itu meliputi hipertensi, diabetes, penyakit jantung, stroke, kanker, gagal ginjal, asma, thalasemia, hingga leukimia. Di masa pandemi juga, kata Cut Putri, hipertensi dan diabetes menjadi komorbid atau penyakit penyerta penyebab kematian terbanyak.

"Penyakit tidak menular ini sering juga disebut sebagai The Silent Killer," imbuhnya.

Cut Putri membeberkan, PTM dipicu oleh konsumsi gula, garam, lemak secara berlebihan, kurang aktivitas fisik, merokok, hingga obesitas.

"Diawali dengan hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol yang tidak diobati secara tepat maka akan berlanjut menjadi gangguan gagal jantung dan gagal ginjal serta stroke," jelasnya.

Tentu saja, lanjut Cut Putri, faktor risiko ini sangat mungkin dicegah dicegah dengan komitmen perubahan perilaku dari individu. Pemerintah menyasar 3 kelompok dalam penanggulangan PTM.

Kelompok pertama, ialah populasi sehat orang yang sehat tidak memiliki tanda dan gejala. "Orang-orang ini harus tetap hidup sehat dengan diberikan promosi kesehatan," katanya.

Sedangkan, kelompok kedua berisi populasi berisiko, yaitu orang-orang yang tadi yang mengkonsumsi gula garam lemak berlebihan, mager atau malas gerak, merokok dan obesitas.

"Populasi berisiko ini apabila mau memiliki komitmen untuk merubah perilaku maka dia akan bisa menjadi orang yang sehat. Populasi berisiko ini sudah memiliki tanda tapi tidak memiliki gejala kedua kelompok ini paling banyak di Indonesia sekitar 60% sampai 70% Tentu saja Ini harus kita dorong untuk tetap menjadi orang yang sehat," paparnya.

Yang masuk dalam kelompok ketiga adalah populasi yang sudah menjadi atau sudah mengidap PTM. Dimana orang ini sudah memiliki tanda dan gejala namun seringkali mereka tidak patuh minum obat, kelompok ini diharapkan memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap minum obat sesuai anjuran dokternya .

"Kelompok ini kalau dilihat pada garis merah ini sudah tidak bisa bergeser ke kelompok yang di sebelahnya karena mereka harus minum obat sepanjang usia dan memiliki kerentanan terhadap terinfeksinya virus komorbid apabila tidak terkontrol penyakitnya dan tidak menerapkan protokol kesehatan," lanjutnya.

Dengan mengontrol penyakitnya,  mereka yang berada di kelompok ketiga ini diharapkan dapat mencegah terjadinya kecacatan akibat penyakitnya atau disabilitas.

 

Fatal
Ahli kesehatan dr Andreas Harry, Sp.S (K) menyampaikan, komorbid menjadi penyebab terbanyak kematian pasien covid-19 di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.

"Komorbid diabetes merupakan faktor risiko yang dominan untuk berbagai penyakit, apalagi saat pandemi ini, risikonya sangat besar jika tertular covid-19," kata salah satu ahli penyakit saraf Indonesia itu, beberapa waktu lalu.

Neurolog yang menyelesaikan pendidikan ahli saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan anggota International Society to Advance Alzheimer Research and Treatment (ISTART) itu mengungkapkan, fenomena covid-19 dengan daya tular yang masif sangat menjutkan dunia, termasuk kalangan medis. "Dan bisa fatal, terbukti banyak dokter dan tenaga kesehatan juga meninggal". (Ant/H-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat