BMKG Suara Dentuman Misterius Disebabkan Lapisan Inversi
![BMKG: Suara Dentuman Misterius Disebabkan Lapisan Inversi](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2021/02/816615edebe6b11d765d9fd733a1c32c.jpg)
SUARA dentuman terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Suara dentuman yang beberapa kali terjadi di berbagai daerah--yang selama ini menjadi misteri--biang penyebabnya yaitu keberadaan lapisan inversi di atmosfer kita.
Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkapkan, dalam ilmu meteorologi terdapat istilah inversi suhu yaitu tertindihnya lapisan udara dingin oleh lapisan udara yang lebih hangat di atmosfer.
"Lapisan udara ini terbentuk jika ada udara hangat naik ke atas lapisan udara yang lebih dingin, kemudian menyebar dan meluas di atmosfer. Sumber panas tersebut dapat berasal dari aktivitas industri, kebakaran, lalu lintas, pelepasan panas penyinaran Matahari yang diterima, radiasi permukaan Bumi, dan lain-lain," kata Daryono dalam keterangannya, Sabtu (6/2).
Ia menyatakan, fenomena itu sebenarnya tidak lazim karena umumnya tidak demikian. Soalnya, dalam kondisi normal, suhu udara semakin tinggi mestinya makin dingin. Dengan demikian, fenomena terbentuknya lapisan inversi hanya dapat terjadi pada waktu tertentu selama syarat terbentuknya terpenuhi.
"Lapisan inversi juga dapat terbentuk bila ada anomali tekanan di atmosfer atau udara panas yang bergerak dari tempat lain," imbuhnya. Selanjutnya, udara panas dan gas yang sedang bergerak naik ke atmosfer akan tertahan lapisan udara hangat, karena membentuk semacam tudung (inversion cap) yang menutupi kawasan dan menjebak gas dan panas yang naik dari bumi.
"Contoh sederhana saat kita sedang berada dekat kawasan industri terkadang mencium bau-bauan yang tidak sedap yang berlangsung lama pada kondisi cuaca tertentu. Ini karena gas atau polutan tidak dapat naik ke atmosfer dan terjebak di bawah lapisan inversi," jelas Daryono. (OL-14)
Terkini Lainnya
Kamu Pernah Cek Khodam Online? Ini Kata Antropolog
7 Fenomena Astronomi Ini Bisa Dilihat di Langit Indonesia sepanjang Juli 2024
Fenomena La Nina, Sejumlah Wilayah Alami Intensitas Curah Hujan Tinggi
Bumi Sedang Tidak Baik, Transisi Energi Diminta Segera Dilakukan
Ini Penjelasan Pakar Geofisika Universitas Brawijaya Tentang Fenomena Suhu Panas
BMKG Sebut Fenomena Suhu Panas di Makassar Biasa Terjadi Jelang Musim Kemarau
Diselimuti Embun Es 2 Hari Berturut-turut, Suhu di Dieng Capai Minus 1,35 Derajat Celcius
Fenomena Aurora Borealis di Langit Eropa, Apa Bedanya dengan Aurora Australis?
5 Dampak dan Pengaruh Gerhana Matahari Total terhadap Bumi
5 Fakta Menarik tentang Gerhana Matahari Total
Gerhana Bulan Malam Ini Jam Berapa? Cek di Sini
Gerhana Bulan 29 Oktober, Kemenag Ajak Warga Shalat Khusuf
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Gerakan Green Movement Sabuk Hijau Nusantara Tanam 10 Ribu Pohon di IKN
Gandeng Benihbaik, Bigo Live Gelar Kampanye Dukung Yayasan Kanker Indonesia
Bantu Penyandang Penyakit Langka Cornelia de Lange Syndrome dengan Solo Cycling
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap