visitaaponce.com

Dua Bahaya bila Masyarakat Suka Menggunakan Kendaraan Bermotor

Dua Bahaya bila Masyarakat Suka Menggunakan Kendaraan Bermotor
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Polana B Pramesti (kanan) dan Sekretaris Jenderal Kemenkes drg Oscar Primadi (kiri).(DOK Pribadi.)

POLA dan kebiasaan hidup bertransportasi menggunakan kendaraan pribadi ternyata berkorelasi langsung dengan permasalahan kesehatan dan kualitas hidup. Kebiasaan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor, untuk bekerja dan beraktivitas sehari-hari membuat masyarakat cenderung kurang bergerak. Akibatnya, masyarakat urban mudah dihinggapi penyakit noninfeksi semisal diabetes, stroke, dan jantung.

Dampak lain dominannya penggunaan kenderaan pribadi yakni semakin memburuknya kualitas udara. Padahal dengan beralih menggunakan angkutan umum massal dan pemanfaatan berjalan kaki serta bersepeda selain akan berdampak positif terhadap kesehatan pribadi juga akan membuat kondisi udara yang lebih bersih dan ramah lingkungan.  

"Untuk itulah kami sangat berterima kasih kepada Kemenkes (Kementerian Kesehatan) atas sinerginya dalam Gerakan Jalan Hijau. Program Kemenkes yaitu Germas atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat secara substantif sejalan dengan Gerakan Jalan Hijau. Gerakan Jalan Hijau ini secara langsung maupun tidak langsung juga dapat mendukung Germas, sehingga kami berharap kerja sama di antara dua sektor ini dapat terus berlangsung di masa mendatang," ujar Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Polana B Pramesti saat acara Virtual Event Kampanye Jalan Hijau Achievement Award 2021 di Jakarta, Rabu (20/4). Hadir juga dalam Virtual Event Kampanye Jalan Hijau Sekretaris Jenderal Kemenkes drg Oscar Primadi.
 
Dalam sambutannya, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi menyambut baik ajakan BPTJ Kementerian Perhubungan untuk bersinergi dan berkolaborasi mengampanyekan Gerakan Jalan Hijau. Menurutnya, hasil Riskesdas pada 2018 menunjukkan ketidakaktifan fisik di Indonesia meningkat menjadi 33,5% seiring dengan peningkatan angka obesitas menjadi 21,8%. Ketidakaktifan fisik memicu peningkatan kejadian penyakit tidak menular. Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia pada 2018 juga meningkat, di antaranya kanker meningkat dari 1,4% menjadi 1,8%, diabetes meningkat dari 1,5% menjadi 2,0%, stroke meningkat dari 7,0% menjadi 10,9%, dan hipertensi 8,4%. Ketidakaktifan fisik akan memicu masalah kesehatan masyarakat yang lebih besar.

Pada kesempatan yang sama Polana juga mengatakan, seandainya masyarakat mau mengubah pola transportasinya dari naik kendaraan pribadi beralih menggunakan angkutan umum massal dan pemanfaatan berjalan kaki serta bersepeda atau non-motorized transportation (NMT) atau yang disebut sebagai Gerakan Jalan Hijau bukan hanya akan membuat ancaman berbagai penyakit noninfeksi bisa diminimalisasi, tetapi juga menciptakan kondisi ramah lingkungan yang secara langsung akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat urban di Jabodetabek. "Oleh karena itulah, agar Gerakan Kampanye Jalan Hijau lebih mudah diterima publik, BPTJ memandang perlu untuk menyinergikannya dengan isu-isu publik lain seperti kesehatan yang erat kaitannya dengan permasalahan transportasi perkotaan," tutur Polana.  

Kualitas hidup masyarat Jabodetabek, kata Polana,  memang sangat terkait dengan kualitas udara. Data menyebut kualitas udara Jakarta dan daerah sekitarnya cenderung buruk bahkan beberapa kali menempati rangking atas dibanding kota-kota lain di dunia. Sementara itu transportasi menyumbang sekitar 40% atas buruknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya. Dengan semakin banyak masyarakat Jabodetabek yang berpindah ke angkutan umum massal dan memanfaatkan non motorized transportation secara langsung ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya.

Lebih lanjut Oscar menambahkan bahwa masyarakat harus melakukan perubahan pola perilaku untuk mengantisipasi masalah kesehatan ini. Inpres Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) merupakan kebijakan pemerintah yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat berperilaku sehat melalui aktivitas fisik, gizi seimbang, perilaku hidup bersih dan sehat, lingkungan sehat, serta pencegahan dan deteksi dini penyakit. Implementasi Germas membutuhkan keterlibatan lintas sektor untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai,  dapat hidup produktif dan terhindar dari covid-19.
 
"Saya menyambut baik upaya Kampanye Jalan Hijau yang mendorong semaksimal mungkin masyarakat berpindah dari kendaraan (bermotor) pribadi ke angkutan umum massal dan berjalan kaki sejalan dengan upaya pembudayaan aktivitas fisik dalam kampanye Germas yang tertuang dalam Inpres Nomor 1 Tahun 2017. Hal ini merupakan bukti sinergi dan kolaborasi antar instansi pemerintahan," ujar Oscar.

BPTJ Kementerian Perhubungan dalam kesempatan virtual event itu juga memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para stakeholders yang telah berperan aktif memfasilitasi dan mendorong masyarakat untuk melakukan aktivitas bersepeda dan berjalan kaki sebagai realisasi NMT. Mereka yang mendapatkan apresiasi yaitu  Bike to Work Indonesia, Koalisi Pejalan Kaki, Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPPB), PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI), PT Mass Rapid Transit (PT MRT Jakarta), PT LRT Jakarta, PT Transportasi Jakarta, Operator JRConnexion (Perum PPD, PT Eka Sari Lorena Transport, PT Sinar Jaya Megah Langgeng, PT Wifend Darma Persada, PT Royal Wisata Nusantara), serta Dinas Perhubungan DKI Jakarta. (RO/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat