visitaaponce.com

Wapres Masih Banyak Masyarakat yang Rawan Pangan

Wapres: Masih Banyak Masyarakat yang Rawan Pangan
Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat meninjau simulasi vaksinasi covid-19.(Antara)

WAKIL Presiden Ma’ruf Amin menyebut jumlah keluarga yang masuk dalam kategori rawan pangan masih tinggi. Berdasarkan survei Pusat Penelitian Ekonomi LIPI (P2E LIPI) pada akhir 2020 tentang dampak pandemi covid-19, hanya 64% keluarga yang masuk kategori tahan pangan.

Adapun sisanya merupakan kategori rawan pangan. “Terhadap kelompok rentan ini, yang bekerja di sektor informal dan berpendapatan tidak tetap, serta kelompok rumah tangga miskin, pemerintah telah melakukan program jaring pengaman sosial selama pandemi,” ujar Ma'ruf, Senin (3/5).

Masih rentannya ketahanan pangan nasional juga tecermin dalam Indeks Ketahanan Pangan Global 2020. Indonesia berada pada posisi ke-65 dari 113 negara. Posisi ini turun dibandingkan 2019 yang menempatkan Indonesia pada posisi 62. 

Baca juga: Pertanian Keluarga Dukung Peningkatan Ketahanan Pangan

Adapun posisi Indonesia berada di bawah negara tetangga, yaitu Singapura di posisi 20, Malaysia di posisi 43, Thailand di posisi 51 dan Vietnam di posisi 63. “Turunnya posisi Indonesia dalam indeks tersebut mengindikasikan belum terpenuhinya beberapa pilar dalam ketahanan pangan. Menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua, untuk berupaya lebih keras lagi dalam mencapai ketahanan pangan,” imbuh Ma'ruf.

Menurutnya, ketahanan pangan sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Apabila suatu negara tidak dapat menyediakan pangan yang cukup, dapat mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi dan menimbulkan gejolak sosial. 

“Kondisi pangan yang kritis bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional,” pungkasnya.

Baca juga: Bantuan Dana Desa Tahan Laju Kemiskinan

Selain itu, luas lahan pertanian sebagai media produksi pangan semakin berkurang. Padahal, jumlah penduduk semakin meningkat. Aalih fungsi lahan menjadi ancaman yang serius bagi ekosistem pertanian di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian ATR/BPN, luas lahan baku sawah turun dari 7,75 juta hektar pada 2013, menjadi 7,46 juta hektar pada 2019. 

Kemudian, luas panen menurut perhitungan BPS dengan menggunakan metode kerangka sampel area (KSA), juga turun dari 11,38 juta hektar pada 2018 menjadi 10,68 juta hektar di 2019. Lalu, turun lagi menjadi 10,66 juta hektar pada 2020.

“Mengamati perkembangan ini, rata-rata sawah hanya ditanami sebanyak 1,4 kali,” tandasnya.(OL-11)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat