Sektor Kehutanan Jadi Tulang Punggung Pengendalian Iklim
![Sektor Kehutanan Jadi Tulang Punggung Pengendalian Iklim](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2021/09/17b84a51d3b4e4a89dbbc5454b1dea21.jpg)
INDONESIA berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dari lima sektor, yakni energi, limbah, industri, pertanian dan kehutanan. Di antara lima sektor tersebut, dikatakan Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Hutan Lestari, Agus Justianto, sektor kehutanan menjadi tulang punggung dalam pengendalian iklim, khususnya penurunan efek gas rumah kaca.
"Dibanding sektor lain, maka sektor Forestry and Other Land Use (FOLU) lebih siap. Sehingga Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya menyampaikan bahwa kita akan mencapai indonesia FOLU net sink 2030 sehingga harapannya bisa didukung dengan modalitas dang kebijakan yang ada," kata Agus, Selasa (28/9).
Saat ini, Indonesia memiliki luas hutan sebesar 125,92 juta hektare, atau 65,8% dari luas daratan yang ada. Dengan angka tersebut, kehutanan Indonesia memiliki potensi besar dalam pengendalian iklim.
Pemerintah sendiri, kata Agus, telah melakukan upaya untuk melakukan pengelolaan hutan dengan mengeluarkan Undang-Undang Cipta Kerja. Dalam Pasal 28 mengenai pemanfaatan hutan produksi dan Pasal 26 tentang pemanfaatan hutan lindung, diharapkan dapat merangsang pelaku usaha untuk melaksanakan multi usaha kehutanan.
"Dengan adanya UU Cipta Kerja, satu izin usaha bisa dilakukan untuk enam kegiatan. Pemanfaatan nilai hutan yang lebih optimal ini diharapkan dapat meningkatkan hutan produksi," ungkap dia.
Selain itu, berbagai kegiatan yang dilakukan pemerintah untuk berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca antara pain, pengurangan emisi dari degradasi dan deforestasi hutan.
Selanjutnya, menjadikan sustainable forest management dengan menerapkan pengurangan dampak pembalakan supaya penebangan tidak mengakibatkan emisi, menodorong generasi alami, hingga penerapan sistem silvikultur intensif.
Ketiga, rehabilitasi lahan dan sistem rotasi termasuk bagi pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan ataupun daerah aliran sungai.
"Selanjutnya, pengelolaan lahan gambut yang dinilai berkontribusi paling besar dalam penurunan emisi, perlu pemulihan vegetassi, pengayaan tanaman di gambut terdegradasi, dan pengelolaan adaptasi," beber dia. (Ata/OL-09)
Terkini Lainnya
IWAPI dan KLHK Menyerahkan Bantuan Motor Sampah untuk Pengelolaan Sampah dan Penghijauan
KLHK Tetapkan Bos Tambang Pasir Ilegal di TN Halimun Salak sebagai Tersangka
Indonesia Diapresiasi karena Gunakan Teknologi untuk Pantau Hutan Dan Karhutla
KLHK dan Norwegia Perkuat Kerja Sama Pengelolaan Hutan Lestari
2 Ton Alat Kesehatan Bermerkuri Ditarik dari Faskes di Bali
KLHK Tingkatkan Kapasitas Manggala Agni untuk Tangani Karhutla
89% Program Lembaga Filantropi sudah Selaras dengan SDGs
Edukasi Siswa SD Mengenal Keanekaragaman Hayati
Hadapi Krisis Perubahan Iklim, BMKG Bekali Petani Milenial dengan Sekolah Lapang Iklim di Imogiri Yogyakarta
Upaya Adaptif Mengatasi Perubahan Iklim
BMKG: Fenomena Tingginya Suhu Perkotaan Harus segera Ditangani
Peluncuran Aliansi Kolibri Jadi Upaya Nyata Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap