visitaaponce.com

Kesadaran Masyarakat Terkait Penyakit Kanker Masih Rendah

Kesadaran Masyarakat Terkait Penyakit Kanker Masih Rendah
Webinar 'From Heart to Heart: Dukungan untuk Pejuang Kanker Hati dan Kanker Tiroid'.(Ist)

Dalam memperingati World Cancer Day 2022, Inspirasien, platform penunjang kesehatan pasien, berkolaborasi dengan Yayasan Sahabat Hati Indonesia, Komunitas Pita Tosca Indonesia, PT Eisai Indonesia, dan Harian Disway, mengadakan webinar 'From Heart to Heart: Dukungan untuk Pejuang Kanker Hati dan Kanker Tiroid'.

Dalam webinar, Dahlan Iskan, yang juga sebagai Founder Harian Disway berkesempatan untuk menceritakan kisah hidupnya selama menderita kanker hati.

Saat diagnosa, Dahlan ternyata terkena hepatitis B kronis dan sirosis hati. Pada organ hatinya muncul benjolan yang diketahui kemudian merupakan sel-sel kanker.

Ia sempat terkejut saat divonis usianya enam bulan lagi dan untuk menyelamatkan tak ada jalan lain kecuali transplantasi hati.

Sementara itu, Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani, Sp.PD-KGEH, FINASIM yang juga merupakan Ketua dan Founder dari Yayasan Sahabat Hati Indonesia, mengatakan bahwa penyakit hati di Indonesia termasuk permasalahan masyarakat yang besar.

Beberapa penyakit hati termasuk dalam penyakit katastropik pada BPJS sehingga memerlukan pembiayaan kesehatan yang besar.

"Sementara itu kesadaran masyarakat tentang penyakit hati masih rendah sehingga pasien dengan penyakit hati yang datang berobat di pusat kesehatan sudah dalam keadaan lanjut." kata Prof.Rino dalam keterangan pers, Selasa (1/3).

Saat ini masih sangat sedikit organisasi kemasyarakatan yang berorientasi pada penyakit hati di masyarakat. Sehingga dirasakan perlu untuk mendirikan sebuah lembaga masyarakat (NGO) yang akan bekerja berorientasi pada penyakit hati di masyarakat.

Hal tersebut tertuang dalam visi-misi Yayasan Sahabat Hati Indonesia yang berperan aktif dalam pendampingan pejuang kanker hati.

Prof Rino juga berupaya mengedukasi bahwa pada kenyataannya 80% lebih kasus hepatitis tidak bergejala seperti yang Dahlan Iiskan rasakan, sehingga seringkali pasien datang dalam kondisi yang sudah terlambat.

"Sebaiknya, individu yang merasa pernah terinfeksi oleh virus hepatitis B dan C tentu harus secara berkala, biasanya 6 bulan atau 1 tahun sekali melakukan pemeriksaan," katanya.

Pemeriksaan awal pun cukup mudah, yakni dengan tes SGOT dan SGPT (indikator sensitif dari kerusakan hati).

 "Walaupun banyak orang yang merasa bahwa ia sehat, belum tentu sebetulnya kondisi hatinya baik-baik saja. Ada baiknya kita memeriksakan kesehatan hati kita secara berkala," jelas Prof Rino yang juga menjadi salah satu penasihat dalam Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia.

Menurut data Globocan pada tahun 2020, penderita kanker hati di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 21.392 kasus dengan kematian sebanyak 20.920 kasus.

Kemenkes RI  juga menyebutkan jika kanker hati termasuk penyebab kematian tertinggi bagi penduduk Indonesia.

Hal ini terjadi karena seringkali pasien sudah datang saat sudah stadium lanjut atau saat kondisi sudah berat. Padahal kemungkinan kanker hati untuk sembuh bisa lebih besar jika dapat terdeteksi dan ditangani lebih awal.

Selain Dahlan Iskan, dalam webinar turut hadir juga artis sekaligus influencer Talitha Latief untuk berbagi memberikan ceritanya sebagai pejuang kanker tiroid. Pada awalnya, Talitha tidak merasakan sakit atau gejala apa pun.

Selanjutnya, dia menemukan adanya yang keanehan dengan leher sebelah kanannya.

Menurut dr. Alvita Dewi Siswoyo, Sp.KN(K), M.Kes., FANMB, deteksi kanker tiroid sebenarnya tidak terlalu sulit dibandingkan dengan deteksi kanker hati. Dia meminta peserta webinar mengecek bagian lehernya.

“Kalau ada benjolan, segera periksa ke dokter untuk deteksi dini,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran itu.

Jumlah kasus pada kanker tiroid terjadi 13.114 kasus, dengan kasus kematian yang lebih rendah yaitu 2.224 kasus.

Menurit dr.Alvita, kanker tiroid perlu mendapat perhatian penuh dan kolaborasi positif dari banyak stakeholder terkait.

"Pasien, caregiver, tenaga profesional medis, komunitas pasien, dan lembaga, agar penderita gangguan tiroid, atau disebut pejuang tiroid dapat melakukan langkah-langkah preventif maupun pengobatan yang sesuai dengan gangguan yang dideritanya," jelasnya.

Melalui deteksi dini #PeriksaLeherAnda, dr. Alvita berharap angka kejadian kanker tiroid dengan kategori risiko tinggi dapat dicegah. (Nik/OL-09)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat