visitaaponce.com

Kelompok Lingkungan Kecam Daur Ulang Kimia Plastik

Kelompok Lingkungan Kecam Daur Ulang Kimia Plastik
Seorang pekerja memilah dan mengemas botol plastik bekas dan tutup botol untuk ditukarkan dengan tiket bus kota di Surabaya, Jatim.(AFP/Juni Kriswanto.)

SEBAGIAN besar pabrik canggih untuk daur ulang plastik di Amerika Serikat sebenarnya tidak mendaur ulang plastik tetapi mengubahnya menjadi bahan bakar yang kotor sambil menghasilkan limbah beracun di masyarakat berpenghasilan rendah. Satu studi oleh kelompok lingkungan terkemuka mengatakan itu pada Senin (7/3).

Daur ulang lanjutan, juga dikenal sebagai daur ulang bahan kimia, adalah teknik yang relatif baru yang disebut-sebut oleh kelompok industri untuk memecah plastik menjadi blok bangunan molekulernya. Dikatakan dapat menangkap kembali lebih dari daur ulang mekanis tradisional yang melibatkan pemotongan plastik dan memprosesnya menjadi pelet untuk membuat produk baru.

Namun laporan penelitian oleh Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam (NRDC), organisasi nirlaba yang membantu memengaruhi undang-undang utama sejak didirikan pada 1970, menuduh industri plastik menyesatkan publik melalui sebutan pencucian hijau. "Ada banyak energi dan antusiasme seputar gagasan daur ulang bahan kimia sebagai bagian potensial dari solusi untuk krisis limbah plastik," ungkap Veena Singla, seorang ilmuwan senior di NRDC yang menulis laporan tersebut, mengatakan kepada AFP.

"Kami merasa sangat penting untuk memahami yang sebenarnya dilakukan oleh teknologi ini?" NRDC menemukan bahwa dari ratusan pabrik yang diumumkan, hanya delapan yang beroperasi atau akan segera beroperasi, berdasarkan dokumen resmi federal dan negara bagian. Lima dari delapan terlibat dalam konversi plastik ke bahan bakar untuk membuat bahan bakar baru bermutu rendah. Mereka mengubah karpet menjadi nilon dan mengubah plastik menjadi komponen kimia.

Baca juga: Penyebab Bencana Cuaca Buruk bukan hanya Perubahan Iklim

Laporan itu mengatakan bahwa memproduksi bahan bakar dari sampah plastik tidak memenuhi syarat sebagai daur ulang menurut definisi internasional dan itu menciptakan polusi udara dan gas rumah kaca yang berbahaya ketika dibakar.
Salah satu pabrik plastik ke kimia, yang dijalankan oleh perusahaan Agilyx di Oregon, secara teoretis mengambil limbah polistirena dan mengubahnya menjadi stirena. Ini kemudian dapat digunakan untuk membuat polistirena baru.

Namun menurut angka perusahaan itu sendiri, hasilnya mengirimkan ratusan ribu pon minyak stirena untuk dibakar untuk energi daripada diubah kembali menjadi plastik. Singla mengatakan kepada AFP bahwa tidak jelas alasan perusahaan akan melakukan proses boros dan tidak efisien untuk mengubah polistirena menjadi stirena hanya untuk kemudian membakar stirena, meskipun salah satu alasan potensial yakni stirena yang dihasilkan berkualitas sangat rendah.

Pabrik itu juga menghasilkan hampir 500.000 pon limbah berbahaya pada 2019. Ini mengirim sebagian besar ke luar lokasi untuk dibakar, menurut angka resmi.

Saat dihubungi untuk dimintai komentar, Agilyx mengatakan kepada AFP, "Kami memiliki pandangan yang sama bahwa dunia memiliki masalah sampah plastik. Tidak cukup plastik yang didaur ulang. Terlalu banyak plastik yang berakhir di tempat pembuangan sampah dan lautan kita. Banyak jenis plastik tidak didaur ulang menjadi produk yang bermanfaat." 

Itu masalah yang sedang diselesaikan Agilyx. Ia menambahkan bahwa jumlah limbah berbahaya yang dihasilkan oleh daur ulang bahan kimia tidak signifikan. 

Baca juga: Pakai Masker di Kelas Merusak Perkembangan Anak?

NRDC juga menemukan enam fasilitas berada di komunitas hitam atau cokelat yang tidak proporsional dan lima di komunitas dengan persentase rumah tangga yang tidak proporsional memiliki pendapatan di bawah US$25.000, relatif terhadap rata-rata nasional. Diperkirakan 242 juta metrik ton sampah plastik dihasilkan secara global setiap tahun, mencemari kota dan menyumbat lautan.

Meskipun menjadi produsen terkemuka, Amerika Serikat hanya mendaur ulang 8,7% sampah plastiknya. "Yang kami butuhkan yaitu fokus pada solusi yang mengatasi akar masalah yakni kami membutuhkan lebih sedikit plastik. Titik," kata Singla menyerukan larangan barang sekali pakai. (AFP/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat