visitaaponce.com

Waspadai Bromat, Senyawa Kimia di Air Minum Kemasan yang Lebih Bahaya dari BPA

Waspadai Bromat, Senyawa Kimia di Air Minum Kemasan yang Lebih Bahaya dari BPA
Ilustrasi, air minum dalam kemasan (AMDK).(Dok. Freepik)

SENYAWA Bisphenol a (BPA) pada kemasan plastik, termasuk di air minum dalam kemasan (AMDK) menjadi hal yang sudah mulai gencar dihindari oleh masyarakat. Namun, ternyata selain BPA, terdapat senyawa lain bernama bromat yang disebut jauh lebih berbahaya dari BPA.

Dokter gizi dari Universitas Kristen Indonesia (UKI), Louisa Ariantje Langi, mengatakan senyawa bromat yang ada dalam air minum dalam kemasan (AMDK) lebih berbahaya dibandingkan BPA. Senyawa bromat lebih berbahaya karena terkandung langsung di dalam air kemasan yang dikonsumsi oleh masyarakat, sedangkan BPA merupakan senyawa yang ada di dalam kemasan pangan.

“Tentu merugikan kesehatan apabila sudah melampaui batas yang diizinkan,” kata Louisa.

Baca juga : Pakar : Belum Ada Bukti Paparan BPA Berbahaya bagi Kesehatan

Dijelaskan Louisa, jika kandungan bromat dikonsumsi melampaui batas yang diizinkan, akan mempengaruhi kesehatan orang tersebut. Secara umum gangguan kesehatan akibat mengonsumsi bromat adalah masalah pencernaan seperti mual, muntah, sakit perut dan diare.

Selain itu, gangguan lainnya yang lebih berat dapat menimbulkan gangguan ginjal, gangguan sistem saraf, tuli hingga kanker.

Ia menjelaskan dunia kedokteran memiliki keinginan yang kuat agar semua produsen menerapkan etika keamanan pangan. Dalam hal ini, dilakukan melalui penulisan seberapa besar kandungan bromat yang ada dalam tiap produk mereka.

Baca juga : 5 Rekomendasi IDI Terkait Label BPA pada Kemasan Plastik Makanan dan Minuman

Peneliti Pusat Riset Sumberdaya Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rizka Maria menambahkan dalam penelitiannya menemukan fakta bromat dapat menimbulkan gangguan sistem saraf pusat.

“Misalnya hilangnya reflek dan kelelahan berlebihan, gangguan darah seperti anemia, mual, muntah, nyeri perut, diare, muntah darah dan pembengkakan paru,” kata Rizka.

Rizka mengungkapkan akumulasi bromat dapat memicu efek karsinogenik yang mulai terasa atau teramati setelah 10 hingga 20 tahun konsumsi. Namun, kondisi tersebut tergantung pada kadar bromat yang ada dan kesehatan seseorang.

(Ant/Z-9)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat