Waspadai Bromat, Senyawa Kimia di Air Minum Kemasan yang Lebih Bahaya dari BPA
![Waspadai Bromat, Senyawa Kimia di Air Minum Kemasan yang Lebih Bahaya dari BPA](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/06/8c3918f6f523531297314dffd5fe0811.jpg)
SENYAWA Bisphenol a (BPA) pada kemasan plastik, termasuk di air minum dalam kemasan (AMDK) menjadi hal yang sudah mulai gencar dihindari oleh masyarakat. Namun, ternyata selain BPA, terdapat senyawa lain bernama bromat yang disebut jauh lebih berbahaya dari BPA.
Dokter gizi dari Universitas Kristen Indonesia (UKI), Louisa Ariantje Langi, mengatakan senyawa bromat yang ada dalam air minum dalam kemasan (AMDK) lebih berbahaya dibandingkan BPA. Senyawa bromat lebih berbahaya karena terkandung langsung di dalam air kemasan yang dikonsumsi oleh masyarakat, sedangkan BPA merupakan senyawa yang ada di dalam kemasan pangan.
“Tentu merugikan kesehatan apabila sudah melampaui batas yang diizinkan,” kata Louisa.
Baca juga : Pakar : Belum Ada Bukti Paparan BPA Berbahaya bagi Kesehatan
Dijelaskan Louisa, jika kandungan bromat dikonsumsi melampaui batas yang diizinkan, akan mempengaruhi kesehatan orang tersebut. Secara umum gangguan kesehatan akibat mengonsumsi bromat adalah masalah pencernaan seperti mual, muntah, sakit perut dan diare.
Selain itu, gangguan lainnya yang lebih berat dapat menimbulkan gangguan ginjal, gangguan sistem saraf, tuli hingga kanker.
Ia menjelaskan dunia kedokteran memiliki keinginan yang kuat agar semua produsen menerapkan etika keamanan pangan. Dalam hal ini, dilakukan melalui penulisan seberapa besar kandungan bromat yang ada dalam tiap produk mereka.
Baca juga : 5 Rekomendasi IDI Terkait Label BPA pada Kemasan Plastik Makanan dan Minuman
Peneliti Pusat Riset Sumberdaya Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rizka Maria menambahkan dalam penelitiannya menemukan fakta bromat dapat menimbulkan gangguan sistem saraf pusat.
“Misalnya hilangnya reflek dan kelelahan berlebihan, gangguan darah seperti anemia, mual, muntah, nyeri perut, diare, muntah darah dan pembengkakan paru,” kata Rizka.
Rizka mengungkapkan akumulasi bromat dapat memicu efek karsinogenik yang mulai terasa atau teramati setelah 10 hingga 20 tahun konsumsi. Namun, kondisi tersebut tergantung pada kadar bromat yang ada dan kesehatan seseorang.
(Ant/Z-9)
Terkini Lainnya
Cegah Penyakit, Pelabelan Nutri Grade Makanan Kemasan Dibahas Juni
Biopac Bawa Misi Kurangi Sampah Plastik Sekaligus Hindarkan Masyarakat Pesisir dari Human Trafficking
10 Manfaat Bauksit bagi Kehidupan Manusia
Tas Daur Ulang Kemasan Pocky Semarakkan Kegiatan Car Free Day di Jakarta
Pengusaha Ritel dan Makanan dan Minuman Wajib Lakukan Pengurangan Sampah
Pengertian Anabolisme: Proses, Hormon yang Berperan, dan Contoh
Kandungan PCBs di Perangkat Listrik Tingkatkan Risiko Leukimia dan Gangguan Kognitif Anak
Kimia Organik Kunci Hadapi Wabah Penyakit karena Perubahan Iklim
Generos Tak Mengandung Dietilen Glikol (DEG) dan Etilen Glikol (EG)
Apa Sih Senyawa Kimia Itu?
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Hidup Segan Calon Perseorangan
Puncak Haji Berbasis Fikih
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap