Merajut Kebangsaan Lewat Peningkatan Infrastruktur dan Jaringan Internet
![Merajut Kebangsaan Lewat Peningkatan Infrastruktur dan Jaringan Internet](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/03/be0a1af4b244a6e28210dd00ca3aaa94.jpg)
MASYARAKAT yang tinggal di wilayah-wilayah terdepan Indonesia harus terus diupayakan untuk mendapatkan akses transportasi dan logistik yang baik melalui pembangunan infrastruktur agar tercipta pasar.
Selain itu, yang tak kalah penting adalah infrastruktur jaringan internet untuk mempermudah akses informasi.
“Sepanjang pengalaman saya keliling ke berbagai wilayah terdepan, mobilitas dan interaksi masyarakat lebih banyak ke negara tetangga. Mungkin karena akses yang lebih mudah,” ujar dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI) Dewi Yudho Miranti ketika berbicara dalam acara Teras LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ) ATVI, Kamis (17/3) malam.
Dalam acara bertema “Merajut Cinta Bangsa di Ujung Indonesia” yang dipandu Adrian Ingratubun yang juga dosen ATVI ini dan ditayangkan di Youtube Teras LPPM ATVI ini, juga didukung oleh dua penerbit besar, Matapadi Yogya dan Prenada Jakarta yang memberi hadiah buku untuk penanya terbaik.
Selain itu acara Teras LPPM juga mendapat dukungan diberikan Mastepdia.com dan Taman Bacaan Bukit Duri Bercerita.
Dewi Yudho menekankan pentingnya penciptaan pasar di wilayah terdepan, sehingga ekonomi masyarakat bergerak dan perubahan terjadi. “Saya kira pemerintah dan pihak terkait memang mesti memprioritaskan soal ini,” katanya.
Menjawab pertanyaan peserta, mengenai lunturnya rasa atau nilai kebangsaan di kalangan milenial, Dewi mengatakan, jika melihat kondisi saat ini memang cukup khawatir.
“Saya saja di masa teknologi informasi belum massif seperti sekarang ini saya kadang ngantuk dan bosan menengerkan ceramah soal kebangsaan, apalagi generasi saat ini," jelasnya.
"Tapi, ketika saya, karena pekerjaan CSR berkeliling ke wilayah-wilayah terdepan, semua itu membukakan mata saya pentingnya merajut kebangsaan,” papar Dewi.
Karena itu, lanjut Dewi, generasi masa kini harus melakukan terobosan dengan mengimbangi informasi yang arahnya menoleh ke wilayah Indonesia.
"Kita sebagai pendidik, apakah sudah memberi materi yang menarik? Jadi mari kita bersama berfikir dan berbuat," katanya.
“Paling tidak, kita berperan untuk membuat konsep bagaimana generasi milenial lebih tertarik membahas kebangsaan dan ke-Indonesiaan, jangan selalu meminta kaum milenial membuat konsep dan melahirkan kecintaan pada Tanah Air,” tutur Dewi.
Indah dan beragam
Dalam bincang Teras LPPM ini, Dewi mengungkapkan, Indonesia bukan saja indah tetapi juga sangat beragam dalam banyak hal, sangat kaya, dengan isu yang sangat kompleks, sehingga betapa hebatnya para founding fathers Indonesia yang telah menyatukan semua orang yang beradam di bawah satu bendera bernama Indonesia.
“Setiap generasi perlu memaknai perjalanan panjang Indonesia menjadi sebuah bangsa, terkadang kita mengetahui tetapi gagal memaknai. Memaknai seringkali membutuhkan momentum," katanya.
"Momentun inilah yang perlu dicari dan disajikan dengan menarik dengan berbagai cara agar generasi muda kita memiliki wawasan kebangsaan yang mumpuni,” papar Dewi.
Pengalaman narasumber mengunjungi berbagai daerah terpencil terutama pulau-pulau terdepan Indonesia, telah menyadarkannya bahwa Indonesia adalah negara yang luas dan sangat beragam, yang perlu dijaga kesatuan dan persatuannya, tanpa menghilangkan kekayaan ragamnya.
Isu ini perlu diketahui dan dimaknai khususnya oleh generasi muda, yang suatu hari akan memimpin negeri ini.
"Bahwa negerinya, bukanlah seluas mall atau kafe yang selama ini mereka kunjungi, negerinya terdiri dari 17 ribu pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Rote sampai Miangas, yang belum tentu dapat mereka kunjungi satu persatu," tuturnya.
Salah satu pengalaman yang sangat diingat oleh Dewi adalah ketika menyelenggarakan program Young Navy Social Adventure, yang mengajak sekitar 100 remaja zilenial dengan kapal TNI mengunjungi Kepulauan Anambas.
Setiba di Tarempa (ibu kota Kepulauan Anambas), para remaja ini diperkenalkan dengan remaja setempat, bermain bola bersama, voli, kasti, galasin dan lain-lain, makan siang bersama, menari bersama dan ditutup dengan malam pentas seni.
Di malam itu salah satu peserta Jakarta memberikan testimoni yang mengatakan bahwa dia baru menyadari makna Bhineka Tunggal Ika, sejak melihat teman-teman sebayanya di Tarempa yang memiliki logat berbeda tetapi masih sebangsa setanah air. Inilah yang narasumber maksudkan dengan momentum. (RO/OL-09)
Terkini Lainnya
Bahas Kerja Sama Ketenagakerjaan, Menaker Ida Fauziyah-Dubes Tiongkok Duduk Bareng
Dua Korporasi Kolaborasi dalam Pengembangan Jaringan Fiber
Menkominfo Minta Putus Akses Internet untuk Judi Online ke Kamboja-Filipina
Minat Konsumen terhadap Produk Premium Meningkat
Starlink Dinilai Bakal Matikan Usaha Penyelenggara Internet Lokal, KPPU: Terlalu Dini
Menkominfo Berdalih Starlink Pacu Operator Lokal untuk Berbenah
Lemhanas Bakal Gembleng Legislator dan Senator Terpilih sebelum Dilantik
Kurban dan Sinergi Kebangsaan
Jusuf Kalla Tekankan Peningkatan Kualitas Bangsa Lewat Pendidikan
Imbangi Pertumbuhan Teknologi dengan Penguatan Nilai-Nilai Budaya dan Kebangsaan
Jokowi Didorong Masuk Partai Berkarakter Terbuka
Gus Miftah Mendorong Dialog Kebangsaan untuk Lawan Radikalisme di Kalangan Pelajar
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap