BMKG Ajak Para Insinyur Indonesia Kolaborasi Hadapi Ancaman Multibencana
![BMKG Ajak Para Insinyur Indonesia Kolaborasi Hadapi Ancaman Multibencana](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/06/800b4f32317521f5798e79fcaa2eb5c4.jpg)
KEPALA Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengajak para insinyur Indonesia untuk berkolaborasi menghadapi ancaman multibencana akibat perubahan iklim ataupun fenomena tektonik - vulkanik. Menurutnya, peran insinyur sangat dibutuhkan dalam upaya mitigasi bencana alam.
"Sebagai negara kepulauan yang terletak di wilayah cincin api dan juga negara seismik aktif, Indonesia rentan terhadap risiko multi-bencana alam baik berupa gempabumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, banjir bandang, banjir rob, puting beliung dan longsor. Realitas ini menjadi tantangan bagi kita semua termasuk para insinyur Indonesia, untuk sama-sama bergotong royong mewujudkan zero victim," kata Dwikorita dalam keterangannya Minggu (5/6).
Dwikorita menyebut anugerah letak yang diberikan Tuhan kepada Indonesia tersebut harus disikapi Insinyur Indonesia dengan senantiasa mengedepankan atau mengintegrasikan manajemen risiko bencana dalam setiap pekerjaan Perencanaan, Pembangunan, Operasional dan Pemeliharaan Infrastruktur, dengan menempatkan komunitas masyarakat sebagai mitra aktif.
Upaya pemberdayaan masyarakat melalui edukasi dan literasi perlu dilakukan agar masyarakat dapat pula berpartisipasi dalam menjaga, memelihara bahkan bilamana diperlukan ikut pula mendukung pengoperasian sistem atau infrastruktur yang dibangun. Dengan demikian efektivitas dan keamanan infrastruktur atau sistem yang dibangun dapat terwujud secara berkelanjutkan.
"Insinyur juga bertanggungjawab terhadap literasi kebencanaan masyarakat. Masyarakat perlu dikenalkan desain baru bangunan hingga material bangunan yang lebih baik untuk meminimalkan risiko kegagalan bangunan akibat gempa," sebutnya.
Dwikorita mengatakan bahwa perubahan iklimlah yang menjadi faktor penguat, mengapa cuaca ekstrem makin sering terjadi di Indonesia. Mulai dari hujan lebat disertai kilat dan petir, siklon tropis, gelombang tinggi, hingga hujan es atau kekeringan panjang. Karenanya, perlu upaya mitigasi yang dilakukan seluruh pihak dan lapisan masyarakat secara komprehensif dan terukur, guna menahan laju perubahan iklim, beradaptasi dan memitigasi dampaknya.
Bila situasi saat ini terus dibiarkan maka kenaikan suhu di seluruh pulau utama di Indonesia mencapai 3.5 hingga 4 derajat celcius pada tahun 2100. Kenaikan tersebut, kata dia, adalah empat kali dibandingkan zaman pra industri. Akibat kenaikan suhu ini pula, tambahnya, es di puncak Jaya Wijaya di Papua, di tahun 2025 mendatang diperkirakan akan hilang sepenuhnya.
"Mitigasi harus dilakukan segera, tidak bisa ditunda-tunda karena situasi kekinian sangat mengkhawatirkan. Contohnya, Siklon Seroja yang terjadi di NTT tahun 2021, semestinya tidak terjadi di wilayah tersebut. Namun, akibat kenaikan suhu muka laut di perairan NTT sebagai dampak perubahan iklim, siklon tersebut terjadi," terangnya.
Dwikorita mengatakan, peningkatan suhu tersebut akan memicu terjadinya cuaca ekstrem dan anomali iklim yang semakin sering. Intensitasnya pun semakin kuat dengan durasi panjang. Kondisi tersebut, lanjut Dwikorita, tentu akan berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan sosial-ekonomi-budaya, dan mengakibatkan kerugian bagi Indonesia. Tidak hanya bersifat materil seperti infrstruktur, namun juga korban jiwa.
Peran para insinyur dari berbagai disiplin, tambah dia, sangatlah diperlukan untuk membangun inovasi teknologi guna mengantisipasi, mencegahan dan memberikan solusi, yang terkait dengan keandalan sistem peringatan dini, kelestarian lingkungan, ketahanan air, ketahanan pangan, energi ramah lingkungan, kesehatan lingkungan dan masyarakat, serta ketangguhan infrastruktur dan transportasi. (H-2)
Terkini Lainnya
Tanah Longsor Menerjang 60 Titik dan 12 Kecamatan di Tasikmalaya
Peran Tagana Cegah Bencana Sosial di Tangsel Ditingkatkan
Ribuan Jiwa Terdampak Banjir di Kabupaten Halmahera Selatan
Banjir Bandang Akibat Hujan Deras Terjadi di Bagian Timur Australia
13 Orang Tewas Akibat Siklon Remal, Hancurkan Ribuan Rumah di Bangladesh
3 Jenazah Ditemukan Setelah Tanah Longsor di Papua Nugini
Mitigasi Bencana BPBD Kalsel Tingkatkan Kompetensi Relawan dan Tenaga Kebencanaan
Kementerian Sosial Dukung Kampung Siaga Bencana di Desa Paas, Garut
Mahasiswa UI Lakukan Sosilisasi Kesadaran Sistem Tanggap Darurat Bencana
Aktivitas Gunung Kelimutu Meningkat, Air Danau Berubah Warna
Mitigasi Bencana Alam Indonesia Diakui Dunia
Penataan Drainase jadi Kunci Mitigasi Bencana Banjir
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap