Deforestasi Karena Kelapa Sawit Jauh Lebih Kecil daripada Komoditas Lain
![Deforestasi Karena Kelapa Sawit Jauh Lebih Kecil daripada Komoditas Lain](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/07/d2db04af4332c536a0c119d4889e23cb.jpg)
DATA kehilangan tutupan hutan yang disampaikan Satelligence mengungkapkan industri kelapa sawit bukanlah industri utama penyebab deforestasi di Indonesia. Hal ini disampaikan Founder & CEO Satelligence, Niels Wielaard, pada temu media di Jakarta, Sabtu (2/7).
Satelligence adalah sebuah perusahaan Belanda yang bergerak di bidang penginderaan jauh yang memiliki misi untuk menyajikan data realistis mengenai kenampakan bumi melalui citra satelit.
Saat ini di Indonesia, Satelligence sudah memetakan tren deforestasi yang terkait dengan ekspansi perkebunan kelapa sawit dengan cara mengombinasikan kecanggihan teknologi dan verifikasi lapangan secara kolaboratif dengan para perusahaan yang bermitra
Baca juga : Ekspor Sawit Turun, Industri Hilir Wajib Jadi Primadona
Sebelumnya, survei persepsi masyarakat yang dilakukan di Eropa menunjukkan 80% dari responden menyatakan bahwa industri kelapa sawit adalah penyumbang terbesar dalam deforestasi global dan 54% responden menjawab industri peternakan, diikuti kedelai sebanyak 52%, dan 14% lainnya menjawab pulp dan kertas.
“Dari survei opini publik Eropa tersebut terlihat ada kesenjangan besar yang terjadi antara kelapa sawit dan industri lain. Padahal dari penelitian kami, deforestasi karena kelapa sawit justru jauh lebih kecil,” ungkap Niels.
Penelitian yang dilakukan Satelligence dilakukan dengan memantau dinamika deforestasi dari beberapa komoditas di Indonesia melalui satelit selama lebih dari 20 tahun terakhir. Niels mengungkapkan, terdapat kendala yang cukup menyulitkan, yakni lokasi Indonesia yang kerap ditutupi oleh awan yang cukup tebal.
Baca juga : Konsumsi Kelapa Sawit pada 2024 Diperkirakan Naik
Namun Satelligence memanfaatkan data yang berasal dari satelit radar Sentinel-1 sehingga citra yang didapatkan dapat menembus tutupan awan.
Tak hanya itu, Satelligence juga berkolaborasi dengan para stakeholder di lapangan untuk mengetahui informasi lebih detail mengenai lahan sawit. Seperti, siapa yang memiliki lahan tersebut dan bagaimana distribusi komoditasnya.
Sehinggga, selain bisa mendapatkan data yang mendetail dan lebih presisi, Satelligence juga bisa melakukan pendekatan ke stakeholder terkait dalam menanggulangi deforestasi.
Baca juga : Kementan Perjuangkan Akses Pasar Sawit Berkelanjutan di Uni Eropa
Data satelit yang dipadukan dengan tinjauan lapangan menunjukkan, sejak 2015 angka deforestasi untuk pembukaan lahan sawit menurun tajam.
Penuruan angka deforestasi tersebut juga dibarengi dengan komitmen dari pemerintah dan sektor swasta untuk menghadapi Kebijakan Tanpa Deforestasi, Tanpa Gambut, Tanpa Eksploitasi (NDPE) yang juga didukung penuh oleh peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Pantauan citra satelit yang diproduksi oleh Satelligence mengkonfirmasi deforestasi untuk tujuan lahan kelapa sawit menurun secara signifikan hingga sama seperti yang terjadi di tahun 2001.
Baca juga : DPR: Perlu Dukungan Legislasi untuk Pertahankan Industri Kelapa Sawit
Pada tahun 2021 angka pembukaan lahan untuk perkebunan sawit seimbang dengan pembukaan lahan untuk tujuan industri pulp dan kertas.
“Ada anggapan bahwa deforestasi turun karena tidak ada lagi hutan yang tersisa, nyatanya kita masih memiliki hutan. Yang terjadi adalah kinerja kolaboratif untuk menjaga dan menahan laju deforestasi yang berjalan dengan baik,” terang Niels.
Lebih jauh Niels menerangkan bahwa data citra satelit yang dimiliki Satelligence selain dapat membantu mencegah deforestasi, juga dapat membantu proses reforestasi.
Baca juga : SPKS Bentuk Wadah Dukung Kesejahteraan Petani dan Konservasi Hutan
“Dengan berkolaborasi dengan stakeholder terkait, selain fokus dalam mencegah deforestasi kami juga fokus untuk memberikan informasi di mana saja tempat pohon dapat tumbuh kembali dan itu dapat memudahkan mereka melakukan pemberdayaan bagi para petani untuk menjaga stok karbon dalam bentuk tanaman pohon,” imbuh Niels.
Sekitar 40% lahan sawit di Indonesia dimiliki oleh pekebun rakyat. Penelitian yang dilakukan Satelligence juga menunjukkan tidak semua dari mereka memulai usaha dari membabat hutan.
Pada sejumlah daerah di Sumatra dan Kalimantan menunjukkan, para petani menanam sawit pada area yang sudah terdegradasi sebelumnya. Jadi, mereka berkebun tanpa melakukan deforestasi.
Baca juga : Biodiesel Topang Harga Minyak Sawit di Tengah Disrupsi Ekonomi Global
“Hal itu berbanding terbalik dengan narasi yang dibangun oleh media-media di berbagai belahan dunia yang kerap menjadikan kelapa sawit sebagai biang kehancuran hutan,” kata Niels.
Ke depannya masih terdapat tantangan-tantangan lain yang harus dijawab oleh pemerintah dan industri kelapa sawit Indonesia di tengah kampanye hitam yang terus ditujukan pada salah satu komoditas yang menyumbang nilai ekspor terbesar di Indonesia ini.
Bagi Niels, sudah saatnya dunia mengakui kinerja baik yang dibangun oleh petani dan pengusaha kelapa sawit, serta pemerintah Indonesia. Sehingga capaian positif penurunan laju deforestasi untuk industri kelapa sawit di Indonesia bisa menjadi contoh dan panutan bagi komoditas lainnya di dunia. (RO/OL-09)
Terkini Lainnya
Kehadiran Kelapa Sawit di Tanah Papua Jadi Penopang Ekonomi Rakyat
Pencurian Sawit harus Diatasi Demi Jaga Iklim Investasi
Patroli Ditingkatkan, Pencurian Sawit di Kalimantan Tengah Menurun
Pemerintah terus Dorong Petani Sawit Kantongi Sertifikat ISPO
Perlindungan dan Kesejahteraan bagi Pekerja Perkebunan Kelapa Sawit
Produksi Sawit dan CPO Nasional Surplus, Pengamat: HET Minyakita Tak Perlu Dinaikkan
KLHK Dorong Pemerintah Kolaborasi Buat Aturan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
Inovasi Pendanaan Hijau Supernova Ecosystem Targetkan Konservasi 700 ribu Hektare
Guru Besar UGM Nilai Konsep KHDPK di Jawa Sebagai Inovasi Bernas
Pengelolaan Khusus Kawasan Hutan untuk Tertibkan dan Tata Hutan Jawa
APP Sinar Mas Siap Jalani Kewajiban Dukung FOLU NET Sink Indonesia 2030
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Manajemen Haji dan Penguatan Kelembagaan
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap