visitaaponce.com

Ekspedisi Sungai Batanghari Kembalikan Ingatan Masyarakat Akan Peradaban di DAS

Ekspedisi Sungai Batanghari Kembalikan Ingatan Masyarakat Akan Peradaban di DAS
Sejumlah perahu dari peserta lomba pacu perahu dan pendamping bersiap di Sungai Batanghari, Jambi, Minggu (9/1/2022)(ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan.)

Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Ditjen Kebudayaan Kemendikbud-Ristek) melakukan Ekspedisi Sungai Batanghari mulai 11 hingga 22 Juli. Ekspedisi Sungai Batanghari merupakan bagian dari penyelenggaraan Kenduri Swarnabhumi yakni suatu rangkaian kegiatan susur budaya melayu Jambi sebagai upaya pemajuan dan pelestarian kebudayaan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.

Kenduri Swarnabhumi yang acaranya bakal berlangsung selama Juli hingga Agustus mendatang diharapkan dapat menghubungkan kembali masyarakat dengan peradaban di DAS Batanghari. Ini menjadi sebuah gerakan kebudayaan untuk mengembalikan ingatan masyarakat tentang pentingnya sungai dalam kehidupan, sehingga harus meletakkan kebudayaan di hulu pembangunan.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbud-Ristek Hilmar Farid menuturkan bahwa kegiatan tersebut merupakan gerakan bersama dalam merawat dan menyebarluaskan tradisi. Pemerintah dan masyarakat berkolaborasi untuk menggali kembali nilai-nilai peradaban di sepanjang aliran sungai Batanghari.

"Ekspedisi Sungai Batanghari bukan hanya program pemerintah pusat saja. Ini merupakan gerakan bersama daerah guna merawat dan menyebarluaskan tradisi yang hidup di sepanjang aliran sungai Batanghari," ujar Hilmar dalam keterangannya, Kamis (21/7).

Direktur Perfilman, Musik, dan Media Ditjen Kebudayaan Kemendikbud-Ristek, Ahmad Mahendra mengatakui bahwa kegiatan tersebut sangat penting bagi pelestarian budaya. Tindak lanjutnya adalah penelitian terkait berbagai peninggalan bersejarah sebagai bukti peradaban di Batanghari.

"Dari kegiatan ini akan diteliti dan diinventarisir segala tradisi maupun peninggalan fisik cagar budaya di sepanjang DAS," kata dia.

Mahendra menyebutkan, Ekspedisi Sungai Batanghari juga merupakan alih pengetahuan kepada generasi muda. Sehingga, para penerus bangsa bisa mengenal potensi budaya Melayu yang ada dan kemudian menumbuhkan kepekaan merawatnya.

"Ekspedisi Sungai Batanghari menjadi upaya pemajuan kebudayaan. Diharapkan masyarakat menyadari peradaban yang ada dan menjadi suatu budaya di daerah dilalui Sungai Batanghari," imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Sanggar Seni Kuali Mas Kelompok Sadar Wisata Negeri Pamuncak dan Komunitas Sejarah Tebo, Supiyono yang ikut serta dalam tim ekspedisi merasa bangga. Dia mengapresiasi kegiatan tersebut dan berharap ekspedisi itu akan membuka pemahaman bahwa sebagian besar hulu kebudayaan Indonesia bermula dari DAS.

“Kami berharap program seperti ini terus berkelanjutan sebab memiliki tujuan mulia. Program ini menggalakkan lagi budaya, tradisi, tingkat daerah peradaban Melayu yang selama ini mungkin terlupakan. Dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti bertahap supaya memberikan hasil positif bagi pemajuan kebudayaan,” ucap Supiyono.

Menurutnya, Ekspedisi Sungai Batanghari merupakan bentuk perhatian pemerintah dan masyarakat. Dan dengan dukungan banyak pihak, Sungai Batanghari dan berbagai peninggalannya bisa dilestarikan.

"Ini memang tampak wujud perhatian dan solidaritas antara pemerintah dan masyarakat untuk bekerjasama menjaga budaya Melayu. Sehingga merekatkan ketersambungan warisan masa lampau," tuturnya.

Adapun, titik awal pemberangkatan Ekspedisi Sungai Batanghari dimulai dari Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Kemudian, kegiatan ini berakhir di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi.

Sebagai informasi, selama Ekspedisi Sungai Batanghari akan diselenggarakan pula penampilan festival ekspresi budaya daerah yang disinggahi tim ekspedisi. Selain itu pula diisi pula dengan praktik ekskavasi, dan diakhiri dengan seminar bertopik 'Sungai Batanghari: Dulu, Kini, dan Nanti'.

Perjalanan Ekspedisi Sungai Batanghari kali ini mengusung tema 'Menyusur Sungai, Merekat Ketersambungan Warisan Budaya Indonesia'. Tim ekspedisi juga melibatkan banyak orang seperti peneliti, akademisi, komunitas dan pegiat budaya, mahasiswa, serta tokoh masyarakat daerah. (OL-12)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat