visitaaponce.com

Indonesia Hasilkan 1,63 Juta Ton Sampah Makanan Per Tahun

Indonesia Hasilkan 1,63 Juta Ton Sampah Makanan Per Tahun
Ilustrasi sampah makanan(Dok Pribadi)

FOOD and Agriculture Organization (FAO) menyebut produksi pangan dunia harus naik setidaknya 70% agar tidak terjadi krisis pangan, lantaran adanya perkiraan kenaikan jumlah penduduk dunia hingga 10 miliar pada 2050.

Di tengah ancaman krisis pangan dunia itu, Indonesia masih menghasilkan sampah makanan sebanyak 1,63 juta ton per tahun. Hal itu diungkapkan oleh Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional Nyoto Suwignyo.

Ia menjabarkan, angka itu didapatkan dari perkiraan bahwa satu keluarga Indonesia menghasilkan 59,8 kg per tahun. Sebanyak 59,8 kg itu bersumber dari 28 kg rumah tangga dan 31,8 kg lainnya dari nonrumah tangga.

“Padahal satu butir padi berada pada posisi tumbuh sangat lama, rata-rata 3-4 bulan dan ternyata kemudian dibuang sia-sia oleh orang-orang yang menggunakannya dengan boros. Hal ini mengakibatkan kemubaziran dalam mengelola makanan,” kata Nyoto Suwignyo dalam Seri Seminar SDGs bertema 'Peluang dan Tantangan Pengendalian Kerawanan Pangan Indonesia' yang diselenggarakan Fakultas Geografi UGM, Selasa (23/8).

Diketahui, dari angka sampah makanan 59,8 kg per kapita di atas, 2,7 kg adalah beras, 7,3 kg adalah sayur, 5 kg adalah buah, tempe tahu oncom 2,8 kg, selebihnya adalah ikan, daging dan lain-lain.

Baca juga: Krisis Pangan dan Energi Ancam Dunia, Pakar: Bioteknologi Solusinya

Guru Besar UGM dari Fakultas Geografi Baiquni mengungkapkan pemenuhan kebutuhan pangan memiliki tantangan besar. Tantangan pertama adalah pertumbuhan penduduk yang sangat cepat.

"Tantangan kedua adalah perubahan iklim. Oleh karena industrialisasi yang terjadi selama 250 tahun terakhir, perubahan iklim telah menjadi keniscayaan atau pasti terjadi. Dalam upaya memproduksi pangan, perubahan iklim ini dapat menurunkan kemampuan alam untuk memproduksi pangan," ucap Baiquni.

Untuk itu, Baiquni mengajak masyarakat untuk peduli dengan ancaman krisis pangan di masa depan. Baiquni mengatakan, meskipun banyak tantangan, ia optimistisakan selalu ada harapan dengan inovasi teknologi dan perencanaan pembangunan berstrategi. 

“Namun demikian, terlihat selalu ada optimisme dengan inovasi teknologi dan inovasi sistem-sistem yang dibangun dengan manajemen dan strategic thinking dalam teori pembangunan,” pungkas Baiquni.(OL-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat