visitaaponce.com

Pakar Jelaskan Beberapa Hal yang Perlu Diketahui tentang Legionella

Pakar Jelaskan Beberapa Hal yang Perlu Diketahui tentang Legionella
Ancaman legionella dalam sistem air(cdc.com)

PADA Jumat (2/9) lalu, kantor Badan Kesehatan Dunia (WHO) regional Amerika menerima pemberitahuan bahwa telah ditemukan klaster terdiri dari 6 orang dengan radang paru yang sebabnya tidak diketahui (pneumonia of unknown etiology) di Tucuman Argentina.

Hal ini mengingatkan apa yang terjadi pada 31 Desember 2019 di kantor WHO Tiongkok ketika mendapat informasi adanya kasus radang paru yang sebabnya tidak diketahui (pneumonia ounknown etiology) di kota Wuhan yang kemudian berkembang menjadi pandemi COVID-19.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan penemuan legionella mirip seperti ditemukannya Covid-19 yang telah menjangkiti manusia di seluruh dunia.

Baca juga: Dosen Vokasi UI Edukasi Pengembangan Desa Wisata Pulau Rinca

Tjandra menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang penyakit ini. Legionella merupakan bakteri yang mempunyai nama lengkap Legionella pneumophila. “Ini bakter bukan virus,” kata Tjandra, Selasa (6/9).

“Bakterinya diberi nama Legionella karena pertama terjadi di tahun 1976 yang menyerang para peserta pertemuan Legiun Veteran Amerika di Philadelphia,” imbuh Tjandra.

Tjandra mengatakan saat ia menjadi Dirjen Pengendalian Penyakit di Kementerian Kesehatan tahun 2011, ia pernah memimpin penyelidikan epidemiologi mendalam di Bali karena ada laporan warga Australia yang positif Legionella sesudah pulang dari Bali.

“Team kami bersama WHO turun ke lapangan dan mengecek kemungkinan kontak dan juga lingkungan di beberapa hotel dan tempat yang dijunjungi warga Australia tersebut, dan semuanya negatif Legionella,” ujar Tjandra.

Cara penularan yang utama dari legionella adalah melalui inhalasi aerosol yang terkontaminasi bakteri, dimana aerosolnya terbentuk karena adanya semprotan uap air atau juga semacam air mancur buatan.

“Penularan juga dapat terjadi melalui aspirasi air atau es yang terkontaminasi, khususnya pada pasien rentan atau risiko tinggi di rumah sakit, yang tentu perlu analisa kenapa petugas kesehatan yang relatif baik kesehatannya juga tertular,” terang Tjandra.

Karena penyakit ini pernah terjadi sebelumnya, Tjandra mengatakan pengobatan yang bisa dilakukan ketika ada yang positif ialah dengan antibiotik.

“Dan patut di analisa juga kenapa kasus-kasus di Tucuman sampai meninggal dunia padahal tentunya sudah mendapat penanganan optimal, khususnya karena mereka adalah petugas kesehatan di klinik atau rumah sakit setempat. Kita tentu tetap harus waspada dengan adanya outbreak berbagai penyakit menular ini,” tandasnya. (H-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat