visitaaponce.com

Akhir Pekan, Healing di Nebula Glamping jadi Pilihan

Akhir Pekan, Healing di Nebula Glamping jadi Pilihan
Kabin Nebula dibangun dari hasil daur ulang sampah plastik dan sekam (kulit padi), enginapan yang berada di lahan Perhutani, di Bojong Konen(dok.ist)

MENIKMATI alam di ketinggian 1100 mdpl dengan cuaca sejuk dan jauh dari hiruk pikuk bisa menjadi tujuan melepas penat. Salah satu tujuan wisata dan penginapan yang menawarkan itu adalah Nebula Glamping. Dengan mengusung konsep wellness staycation, mereka ingin mengajak para pengunjung untuk terhubung kembali dengan alam tanpa tersedia televisi dan koneksi internet.

Nebula Glamping merupakan penginapan yang berada di lahan seluas 1,2 hektar milik Perhutani di Desa Bojong Koneng, Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat.

"Kabin kami dibangun dari hasil daur ulang sampah plastik dan sekam (kulit padi), yang menjadikan Nebula sebagai satu-satunya glamping yang mengusung isu lingkungan dan mengajak kita semua untuk turut menjaga ibu pertiwi,” kata co-owner dan pengelola Nebula Glamping Farrah Muthrafah kepada Media Indonesia melalui sambungan telepon, Sabtu (27/9).

Nebula Glamping menawarkan tempat tetirah dengan udara segar hutan dan pegunungan dengan pemandangan lanskap pepohonan. Selain itu, agrowisata ini juga menawarkan beberapa aktifitas yang bisa dilakukan pengunjung selain staycation, seperti trekking curug Penyantelan, bukit high point, Desa Cisadon, Curug Cibulao & Leuwihaja, dan Bukit Paniisan. Di area ini pengunjung juga bisa menikmati fasilitas seperti motor trail dan jeep offroad.

Harga menginap per malamnya untuk akhir pekan berkisar antara Rp1,3 juta-Rp2,6 juta. Sementara pada hari biasa berkisar antara Rp1,2 juta-Rp2,3 juta, tergantung ukuran kabin.

“Harga kabin dan extra bed sudah termasuk tiga kali makan. Menu makan di Nebula kami rolling setiap harinya. Pengunjung juga diperbolehkan membawa makanan tambahan dari rumah. Di dalam kabin sudah kami sediakan dispenser air panas untuk menyeduh mi instan atau sereal. Di luar kabin, ada fire pit untuk api unggun dan barbeku, dan kami juga memperbolehkan pengunjung membawa alat masak dari rumah. Namun, kami juga menyewakan kompor gas portable, panci dan grill pan. Tapi bahan-bahannya tetap harus dibawa dari rumah,” lanjut Farrah.

Karena lahan yang digunakan adalah milik Perhutani, Farrah pun menjelaskan mereka tetap harus bertanggung jawab dalam pengelolaannya.

"Perhutani memberikan 1,2 hektar lahan kepada Nebula untuk dimanfaatkan sebagai agrowisata dengan perjanjian kerjasama (PKS) yang diperpanjang per satu tahun. Kewajiban pemegang PKS adalah menjaga kelestarian alam, hanya membangun bangunan 10% dari luas lahan yang diberikan, menanam pohon, kami menanam Pinus, Damar, Tabebuya dan beberapa tanaman hias, selain itu pengelola juga diwajibkan untuk membayar fixed sharing per tahun, dan membayar profit sharing per bulan (apabila profit),” lanjut Farrah. (OL-13)

Baca Juga: Obyek Wisata Loh Buaya Pulau Rinca Kembali Dibuka Untuk Umum

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat