visitaaponce.com

Lulusan SMKN Jateng, Anak Tukang Ojek yang Sukses di Jepang

Lulusan SMKN Jateng, Anak Tukang Ojek yang Sukses di Jepang
Rizky Indra Pradana, 22, saat ini sudah bekerja di Jepang dengan penghasilan mencapai Rp20 juta per bulan.(DOK/PRIBADI)

SEBAGAI anak seorang tukang ojek pengkolan, Rizky Indra Pradana
merasakan betul kalau secara ekonomi orangtuanya tidak terlalu mampu.
Ayahnya, Eko Supriyanto, 47, dan ibunya, Lestari, 43, dari Tunjungan,
Blora, Jawa Tengah (Jateng) merupakan keluarga sederhana.

Namun, kondisi ekonomi tidak  membuat Rizky pantang menyerah, apalagi dalam pendidikan.

Dari kecil, ia begitu tekun, terutama pelajaran matematika. Bahkan,
ketika lulus SD, nilai ujian nasional (UN)-nya sempurna  karena mendapat nilai 100.

"Bagi orang lain, mungkin matematika membuat pusing, namun buat saya menyenangkan," kata pemuda berusia 22 tahun tersebut kepada
Media Indonesia.

Setelah merampungkan SMP, Rizky mendengar ada SMKN yang memberikan
beasiswa penuh sekaligus ada asramanya. Ia pun mendaftar. Alasannya, karena kondisi ekonomi keluarga.

"Kebetulan, saya mendengar ada informasi SMKN Jateng sewaktu di SMP. Ketika itu, saya juga mendapat arahan dari guru bimbingan dan konseling (BK). Dari informasi tersebut, saya memutuskan untuk mendaftarkan diri ke SMKN Jateng kampus Pati," ungkapnya.

Rizky memang memiliki tekad yang luar biasa, sehingga dia berusaha untuk dapat menembus SMKN Jateng kampus Pati. Untuk lolos seleksi, tidaklah mudah, karena pendaftarnya membeludak.

"Saya adalah angkatan kedua di SMKN Jateng atau tahun 2015. Waktu itu, ada 1.200-an siswa SMP yang mendaftar. Padahal yang diterima hanya sekitar 128 anak saja. Setiap jurusan berisi 24 siswa. Alhamdulillah, saya bisa lolos dan masuk menjadi siswa SMK Jateng jurusan Teknik Bodi Otomotif," jelasnya.


Disiplin


Bagi Rizky, tekadnya menimba ilmu tidak disia-siakan. Selama dalam
asrama, ia mengikuti berbagai kegiatan yang telah diatur.

"Selama di dalam asrama, seluruh siswa harus mengikuti kegiatan secara
tertib dan disiplin. Mulai dari bangun tidur dilanjutkan salat subuh
berjamaah. Kemudian ada pengibaran bendera jam 06.00 WIB. Lalu ada
bersih-bersih, apel pagi dan masuk kegiatan belajar mengajar hingga jam
15.00 WIB. Pada sore hari, ada kegiatan bebas. Biasanya saya isi dengan
mencuci baju dan olahraga. Saat magrib dan isya ada salat berjamaah
lagi. Kemudian belajar hingga jam 22.00 WIB. Tidur dan bangun menjelang
subuh. Itu kegiatan setiap harinya," katanya.

Bagi Rizky, banyak kesan yang diperoleh pada saat berinteraksi dengan
teman-teman di SMKN Jateng tersebut.

Menurutnya, banyak hal yang  berkesan, terutama rasa persaudaraan antarteman. "Kami saling membantu satu sama lain, terutama ketika ada seorang kawan yang kesulitan dalam pelajaran. Hal-hal semacam inilah yang kemudian membuat kami dekat."

Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil. Perjuangan belajarnya di
SMKN Jateng yang serius berbuah prestasi. Selama tiga tahun belajar,
prestasinya tidak pernah buruk. Bahkan, dia menjadi lulusan terbaik pada 2018 lalu.

Begitu lulus, ada beberapa opsi yang ditempuh, di antaranya adalah
langsung melamar kerja. Salah satunya ke JIAEC  atau Japan Indonesia
Association For Economy Cooperation, sebuah perusahaan yang merekrut
anak-anak muda berprestasi di Indonesia sebagai tenaga kerja di Jepang.

"Alhamdulillah, saya bisa diterima untuk bekerja di salah satu
perusahaan di Jepang. Berbarengan dengan saya, ada empat orang lagi.
Jadi ada lima orang," jelasnya.

Mereka adalah teman-teman satu kelas dari jurusan teknik bodi otomotif.
Perusahaan yang menerima adalah Yodogawa Tekko Co Ltd.

"Sudah 4,5 tahun saya bekerja di sini. Alhamdulillah, pekerjaan saya
setiap hari adalah melakukan pengecatan AC kapal, pabrik dan rumah.
Untuk gaji lumayan, bisa membantu bapak ibu dan adik-adik sekolah.
Bahkan, saya juga menabung membeli tanah. Setiap bulan saya kisaran
antara Rp12 juta hingga Rp20 juta, tergantung dengan naik turunnya
kurs," kata Rizky.

Bahkan, untuk masa depan, Rizky juga sudah menyiapkan usaha yang kini
telah dijalankan oleh ayahnya. "Memang, ayah dulu seorang tukang ojek
pengkolan. Tetapi sekarang sudah berganti profesi menjadi pedagang.
Modalnya saya kirimkan ke ayah. Selain itu, dengan bekerja di Jepang,
bisa untuk membantu keluarga. Apalagi, saya masih mempunyai dua adik,
satu di SD dan satunya lagi SMK," ujar Rizky.

Dia tidak pernah membayangkan, seandainya tidak ada SMKN Jateng yang
dibangun semasa pemerintahan Gubernur Ganjar Pranowo.

"Saya sangat berterima kasih, karena dengan adanya SMKN Jateng dapat menjadi jalan bagi kesuksesan, terutama bagi anak-anak kurang mampu. Saya berpesan juga, yakinlah setiap keinginan pasti akan ada jalan. Pendidikan menjadi bagian penting untuk mengubah nasib diri sendiri dan
keluarga," tandasnya.


Semuanya gratis


Tak hanya Rizky yang telah sukses di Jepang, Ersa, seorang siswa Teknik
Pengelasan SMKN Jateng kampus Purbalingga juga merasakan kehadiran SMKN
Jateng.

"Kalau di SMKN Jateng semuanya gratis. Sama sekali tidak keluar
uang. Sehingga hal ini sangat mengurangi beban keluarga," kata Ersa, anak seorang pedagang cilok di Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga.

Bagi Ersa, bersekolah di SMKN Jateng akan dapat membuka masa depan lebih  cerah. Selepas SMKN, dia bercita-cita langsung kerja, tetapi juga bakal kuliah.

Saat mengunjungi SMKN Jateng kampus Purbalingga beberapa waktu lalu,
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengungkapkan pentingnya investasi
sumber daya manusia (SDM) sebagai salah satu upaya penanggulangan
kemiskinan.  

"Dalam konteks penanggulangan kemiskinan, investasi SDM ini tidak murah, tidak mudah, tetapi mempunyai nilai tinggi karena mereka
sangat kompetitif," ujar Ganjar.

Menurutnya, SMKN Jateng hadir sebagai langkah jangka panjang dalam
pengentasan kemiskinan di Jateng. Karena SMKN Jateng khusus untuk
anak-anak dari keluarga kurang mampu, agar mendapatkan pendidikan bagus
dan berkualitas. Setiap siswa juga tidak ditarik biaya, bahkan semua
kebutuhan hidup selama belajar SMKN Jateng sudah ditanggung.

"Saya selalu tanya kepada anak-anak, kamu tinggal di mana, orang tuamu
kerja apa. Ada penjual cilok. pedagang, terus sopir, ada juga yang maaf
sudah yatim dan yatim piatu. Sebenarnya saya ingin memberikan lebih
banyak akses kepada anak-anak agar bisa mendapatkan sekolah yang baik
dan tidak berbayar. Syaratnya, harus dari keluarga yang tidak mampu,"
jelas Ganjar.

SMKN Jateng selalu ditekankan beberapa hal, yaitu keahlian, pengetahuan dan sikap, sehingga dapat membentuk karakter anak. Harapannya ketika lulus nanti setiap anak memiliki karakter dan disiplin yang kuat, sehingga mampu berkompetisi. (N-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat