Koroner dan Hipertensi, Faktor Risiko Penyebab Gagal Jantung
![Koroner dan Hipertensi, Faktor Risiko Penyebab Gagal Jantung](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/11/5dc3ee1bddb29c823c50066ff347ce6a.jpg)
DOKTER spesialis jantung dan pembuluh darah RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Rarsari Soerarso menjelaskan jantung koroner, hipertensi, hingga apnea tidur merupakan beberapa faktor risiko dari terjadinya gagal jantung.
"Penyebab gagal jantung terbanyak kalau di RS Harapan Kita itu, pertama koroner dan kedua baru hipertensi," ujar Rarsari, dikutip Selasa (15/11).
Gagal jantung merupakan kondisi ketika otot jantung tidak memompa darah sebagaimana normalnya. Ketika hal ini terjadi, darah tidak mengalir lancar dan cairan dapat menumpuk di paru-paru hingga menyebabkan sesak napas.
Baca juga: Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Kini Miliki Layanan Transplantasi
Kondisi jantung tertentu seperti penyempitan arteri di jantung (penyakit arteri koroner) atau tekanan darah tinggi, secara bertahap membuat jantung terlalu lemah atau kaku untuk mengisi dan memompa darah dengan benar.
Gagal jantung dapat berlangsung terus-menerus (kronis) atau mungkin dimulai tiba-tiba.
Selain jantung koroner dan hipertensi, beberapa faktor lain yang juga menyebabkan gagal jantung adalah kardiomiopati atau kondisi yang mempengaruhi otot jantung, artimia, kerusakan pada katup jantung, penyakit jantung bawaan, konsumsi alkohol, merokok dan apnea tidur atau ketidakmampuan bernapas dengan benar saat tidur.
Rarsari mengatakan beberapa ciri gagal jantung yang dapat dikenali adalah sesak napas saat istirahat atau beraktivitas, kelelahan luar biasa, napas pendek, detak jantung cepat, tidak nafsu makan, batuk dan bersin setiap saat, kenaikan berat badan secara drastis, serta sering buang air kecil di malam hari.
"Biaya gagal jantung itu besar banget dan banyak orang yang enggak tahu kalau dia sudah mengarah ke gagal jantung. Dia juga akan sering bolak balik dirawat," kata Rarsari.
Berdasarkan data I-HEFCARD, 17,2% pasien gagal jantung di Indonesia meninggal saat perawatan rumah sakit. 11,3% meninggal dalam satu tahun perawatan, dan 17% akan mengalami rehospitalisasi berulang.
Menurut Rarsari, saat ini, sudah banyak pilihan untuk pengobatan gagal jantung. Yang paling utama adalah kontrol ketat atas obat dan gaya hidup serta pemantauan yang cermat.
Seiring dengan perkembangan kondisi pasien, dokter juga dapat menawarkan pilihan pengobatan yang lebih lanjut. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya hal yang lebih buruk seperti menurunkan risiko kematian dan kebutuhan rawat inap, meredakan gejala serta meningkatkan kualitas hidup. (Ant/OL-1)
Terkini Lainnya
Penyakit Kawasaki, Kenali dan Waspadai Gejalanya
Ini Gejala Stroke di Usia Muda dan Cara Pencegahannya
Pakan Unggas Berbasis Maggot dan Ekstrak Daun Meniran Dikembangkan
Apakah Bawang Putih Efektif Redakan Flu? Simak Penjelasannya
Khitan Bisa Mengurangi Potensi Tertular Penyakit Seksual
Penyakit Jantung Koroner Bisa Dicegah Sejak Usia 35 Tahun
7 Tips Berolahraga Aman Bagi Penderita Penyakit Jantung
Minum Obat Hipertensi Harus Terus Dilakukan Sampai Tekanan Darah Normal
Anda Menderita Penyakit Jantung Koroner? Periksa Kesehatan Sebelum Naik Pesawat
Mumpung belum Telat, Penyakit Jantung Koroner Bisa Dicegah sejak Usia 35-40 Tahun
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap