Menkes Genome Sequence dan Serologi Survei Cegah Lonjakan Kasus Covid-19
![Menkes : Genome Sequence dan Serologi Survei Cegah Lonjakan Kasus Covid-19](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/02/5d6a721af2d3e209d90b8320504bf78b.jpg)
GENOME sequence dan serologi survei menjadi andalan pemerintah dalam mencegah terjadinya lonjakan kasus covid-19 di Indonesia.
"Dua strategi tersebut merupakan dua hal kenapa Indonesia masuk dari beberapa negara di dunia yang bisa mengendalikan pandemi ini," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR RI di Gedung DPR RI, Rabu (8/2).
Genome sequence adalah proses identifikasi materi genetik sebuah organisme berupa bakteri, virus, atau manusia. Sedangkan serologi survei yang menggunakan sampel darah dilakukan untuk melihat jumlah populasi penduduk di Indonesia yang sudah memiliki antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab covid-19.
Pada Januari 2023, hasil survei imunitas atau serosurvei antibodi covid-19 masyarakat Indonesia naik tiga kali lipat menjadi 99%, dengan kadar antibodi 3.200.
Menurut Menkes, tingginya imunitas itulah yang berhasil mencegah terjadinya lonjakan kasus walaupun ada varian baru.
"Sehingga pada saat virus baru varian baru masuk tertular tapi hampir tidak ada dampaknya apa-apa dan survei ini dilakukan di 20.000 orang secara konsisten di kabupaten/kota yang ada di Indonesia," kata Budi.
Menurut Budi, peningkatan antibodi bisa didapat dari dua hal, yakni vaksinasi dan infeksi yang terjadi secara alamiah ketika seseorang terpapar virus. Jika negara terlalu ketat menutup akses, kata Menkes, hal itu sebenarnya memperlemah imunitas masyarakatnya.
"Beberapa negara terlalu protektif sehingga akibatnya imunitas alamiah itu mereka tidak bangun padahal itu penting sekali untuk membangun daya tahan imunitas populasi masyarakat dan Indonesia beruntung karena kita vaksinasi yang baik tapi kita juga memberikan kesempatan masyarakat kita terkena infeksi sehingga kombinasi pembentukan antibodi dari vaksinasi plus infeksi secara saintifik itu merupakan imunitas yang paling kuat paling lama," jelasnya.
Budi menyebut, hingga Januari 2023 vaksinasi yang dilakukan tiap harinya sebesar 31.613 dosis suntikan. Jika melihat kecilnya angka ini, besar kemungkinan tingginya imunitas masyarakat lebih banyak didapat dari paparan virus sehingga menciptakan kekebalan tubuh alamiah.
"Kalau sampai Juni kita enggak ada lonjakan kita merupakan satu dari banyak negara mungkin yang dalam 18 bulan terakhir tidak ada lonjakan kasus dan saya cukup percaya diri datanya sudah begitu level antibodi kita tinggi sekali," pungkasnya. (H-2)
Terkini Lainnya
Ketahanan Kesehatan Global
Akses Patogen Bisa Hemat Waktu Lebih Cepat Tanggulangi Pandemi
Hak Paten Bisa Menjadi Masalah Vaksin dalam Akses Patogen
Lonjakan Kasus Myopia pada Anak, Dokter Sarankan Cara Ini Agar Berkurang
Jemaah Haji Diingatkan Tetap Waspada Kasus Mers di Arab Saudi
Aturan Kesehatan Internasional yang Baru
Waspadalah, Mata Merah dan Belekan Jadi Gejala Baru Covid-19 Arcturus
Ini Penyebab Mengapa Varian Baru SARS-CoV-2 Lebih Mudah Menyebar
Kecombrang Hambat Replikasi SARS-CoV-2
Varian Baru Sars-Cov-2, Menkes: Ahli akan Lakukan Kajian Saintifik
Mutasi SARS-CoV-2 dari Inggris Sampai di Australia dan Singapura
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap