visitaaponce.com

Kasus HIVAIDS di Sulsel 80 nya Ada di Kota Makassar

Kasus HIV/AIDS di Sulsel 80% nya Ada di Kota Makassar
Lambang HIV/AIDS yang disusun dari ribuan lilin dalam peringatan hari HIV sedunia beberapa waktu lalu.(dok.ant)

KASUS HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi Selatan tercatat lebih dari 21 ribu kasus pada 2022 lalu. Dari jumlah itu, 80% nya ada di Kota Makassar atau sebanyak 16.800 kasus HIV/AIDS.

Hal itu tentu butuh penanganan yang serius. Staf Pengelola Program HIV/AIDS Dinas Kesehatan Kota Makassar, Harfianti Firman mengakui bahwa tantangan untuk penanganan kasus HIV/AIDS memang semakin besar.

Ini dikarenakan penanganannya membutuhkan dukungan semua pihak terkait. "Karena kalau hanya Dinas Kesehatan Kota Makassar saja yang bekerja tidak akan mampu menanggulangi permasalahan HIV," aku Harfianti.

Menurutnya, saat ini, perkembangan layanan HIV di Makassar hingga tahun 2023 telah mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 ada 60 layanan, pada 2019 ada 73 layanan, dan 2023 ini sudah sampai 94 pelayanan HIV.

"Tentu layanan itu harus terus ditingkatkan, mengingat, target nasional kasus HIV/AIDS bisa berakhir pada tahun 2030. Tujuh tahun dari sekarang, turunan yang hendak dicapai Kota Makassar yaitu Three Zero yakni nol penyintas baru, nol kematian akibat HIV/AIDS, dan nol stigma serta diskriminasi akibat HIV/AIDS," urai Harfianti.

"Three Zero, yaitu Zero inflasi baru. Jadi tidak ada lagi kasus baru terinfeksi, kita hanya mencari kasus lama. Jangan sampai ada kematian akibat AIDS dan ketiga adalah stigma diskriminasi," sambungnya.

Selain Three Zero, target lainnya yaitu 9595. Artinya, sebanyak 95 persen ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) mengetahui statusnya dan 95 persen lainnya telah diobati.

"Virusnya tidak terdeteksi atau tersupresi virusnya dari hasil pemeriksaan varaloud yang kita juga gencar lakukan pada para ODHA yang sudah pengobatan di atas 6 bulan," kata Harfianti.

Menurutnya, turunan dari target itu beragam. Misalnya, pemberitahuan kepada pasangan yang bersangkutan seperti mitra seksualnya, pasangan tetapnya, anak kandung atau mitra jarum suntik untuk mau menjalani tes.

"Karena ini tidak akan berdiri sendiri. Intinya adalah sedini mungkin kita mencari positif agar sedini mungkin kita juga mengobati, kenapa cita-citanya adalah Ending Aids karena orang dengan HIV cepat tertangani itu tidak akan sampai ke fase AIDS," kata Harfianti.

Untuk itu, sebisa mungkin kasus kematian akibat AIDS bisa dihindari. Pasalnya rata-rata ODHA tidak tertangani dengan baik lantaran tidak diketahui saat telah masuk ke fase AIDS stadium 3 atau 4. Padahal fase tersebut jika tidak diobati dengan tepat bisa mengakibatkan kematian.

"Kita mencegah seperti itu, karena banyak di luar sana orang dengan HIV tapi kualitas hidupnya bagus, dia terjangkit berpuluh tahun tapi masih sehat bugar, tiada lain karena dia cepat akses pengobatan ARV," seru Harfianti. (OL-13)

Baca Juga: Biaya Transplatasi Paru di Indonesia hingga Rp1,14 Miliar

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat