Biaya Transplatasi Paru di Indonesia hingga Rp1,14 Miliar
PENGHITUNGAN biaya pada transplantasi paru pertama di Indonesia yang akan dibuka oleh RSUP Persahabatan Jakarta berkisar Rp977 juta hingga 1,14 miliar. Tentunya biaya tersebut dengan berbagai jenis layanan.
Biaya Single Lung Transplantation (SLT) berkisar Rp977.495.152 kemudian Bilateral Lung Transplantation (BLT) sekitar Rp1.115.815.152 dan jenis layanan terakhir yakni Related Living Donor Lobar Transplant sebesar Rp1.143.857.902.
"Sementara itu, untuk tarif perawatan rawat inap Kelas 1 berkisar Rp401 sampai 419 juta, sehingga sisanya bisa menjadi beban," kata kata kata Dirut RSUP Persahabatan Prof dr Agus Dwi Susanto dalam konferensi pers secara daring, Senin (27/2).
Transplantasi paru atau disebut LTx dimulai sejak resipien Mati Batang Otak (MBO) karena itu tidak ditanggung oleh BPJS atau asuransi kemudian biaya rawat donor sebelum diambil organnya.
Aturan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2023 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan juga masih jauh dari perkiraan cost. Sayangnya kebanyakan pasien penyakit paru merupakan pasien dengan sosial ekonomi menengah ke bawah.
Hal yang diperhitungkan lainnya adalah resipien dari luar kota membawa pasien dalam waktu maksimal 9 jam agar sampai di Jakarta, hingga pendampingan.
Baca juga: RSUP Persahabatan Buka Layanan Transplantasi Paru, Pertama di Indonesia
Sementara itu, di Kanada Toronto General Hospital mengerjakan 200 kasus LTx per tahun dengan keuntungan 8 juta CAD. "Bedanya biayanya diklaim oleh asuransi nasional, mendapatkan pergantiannya. Sementara di Indonesia penggantinya masih jauh dari tarif yang ditetapkan," ujarnya.
Kabar baiknya adalah RSUP Persahabatan dan Kementerian Kesehatan akan membiayai 2 program transplatasi paru.
"Kami siapkan 2 transplantasi paru akan diberikan gratis dari sisi pembiayaan medis, sementara biaya di luar medis bukan menjadi tanggungan. Sudah di sepakati oleh bapak menteri untuk 2 operasi," ungkapnya.
Selain itu, Agus juga menekankan bahwa di Indonesia mengembangkan sistem donasi organ di Indonesia. Bukan hanya paru tetapi organ lainnya yang harus diorganisasikan dalam satu sistem.
"Seperti saya ke Taiwan di sana ada sistem donor nasional yang tercatat dalam setahun ada ratusan orang yang menjadi pendonor dan ratusan orang siap menjadi resipien dan ini yang kita siapkan dengan kementerian," pungkasnya. (OL-4)
Terkini Lainnya
Infeksi Paru, Jemaah Haji asal Aceh Nasrun Meninggal di Mekah
Tingkatan Dampak Polusi Udara Kotor hingga Sebabkan Kanker Paru
TB Anak Bisa Dicegah dengan Cara Ini!
Vape dan Rokok Konvensional Punya Kandungan Berbahaya yang Sama
Rokok Elektronik Bisa Sebabkan Paru Bocor
Temulawak Bermanfaat Sebagai Pendamping Pengobatan TB
Telerobotic Surgery jadi Alternatif Keterbatasan Dokter Spesialis di Daerah
Transplantasi Organ Masih Terkendala Kekurangan Donor
Transplantasi Berikan Harapan Baru bagi Pasien dengan Kegagalan Organ
Serba-serbi Transplantasi Ginjal
Transplantasi bagi Pasien dengan Penyakit Hati yang Kronis
Transplantasi Rambut tidak Perlu Jauh ke Turki
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap