visitaaponce.com

Eutrofikasi Adalah Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasi

Eutrofikasi Adalah: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasi
Ilustrasi.(MI/Lina Herlina.)

TAHUKAH kamu tentang eutrofikasi? Nah, kalau belum paham tentang eutrofikasi, berikut penjelasannya ya.

Pengertian eutrofikasi

Eutrofikasi adalah proses seluruh badan air, atau sebagian darinya, secara bertahap mengalami peningkatan kadar mineral dan nutrien, terutama nitrogen dan fosforus. Eutrofikasi juga didefinisikan sebagai peningkatan produktivitas fitoplankton yang disebabkan oleh meningkatnya unsur nutrien. 

Eutrofikasi dapat memengaruhi sistem air tawar ataupun air asin. Dalam ekosistem air tawar, hal ini hampir selalu disebabkan oleh melimpahnya fosforus. Sedangkan di air asin, kontributor terbesarnya cenderung ke nitrogen atau campuran nitrogen dan fosforus. Hal ini bergantung pada lokasi dan berbagai faktor lain.

Baca juga: Kondisi Geografis Pulau Kalimantan Berdasarkan Peta

Namun, ketika terjadi secara alami, eutrofikasi merupakan proses yang sangat lambat di mana nutrien, terutama senyawa fosforus dan bahan organik, terakumulasi dalam badan air. Nutrien ini berasal dari degradasi dan larutan mineral dalam batuan dan oleh efek lumut kerak, lumut daun, dan jamur yang secara aktif mengais nutrien dari batuan.

Penyebab eutrofikasi

Senyawa penyebab eutrofikasi dapat berasal dari kotoran hewan, pupuk, dan limbah yang dicuci oleh hujan atau irigasi ke badan air melalui limpasan permukaan. Eutrofikasi juga dapat terjadi secara alami selama ribuan tahun seiring dengan bertambahnya usia danau dan terisi oleh sedimen. Di samping itu, aktivitas manusia berada di urutan teratas yang mempercepat laju eutrofikasi melalui pelepasan polutan. 

Akibat eutrofikasi

Akibat kondisi eutrofik, kawasan air tawar akan memperbesar peluang alga serta tumbuhan air berukuran mikro tumbuh lebih pesat (blooming). Pertumbuhan pesat tersebut terjadi karena ketersediaan fostat yang berlebihan. Kondisi ini juga akan mengakibatkan sejumlah hal lain, seperti:

Baca juga: Cara Tumbuhan Melindungi Diri dari Musuhnya

a. Warna air yang menjadi kehijauan, berbau tidak sedap, hingga kekeruhan yang meningkat menjadi pertanda adanya kondisi eutrofik.

b. Banyaknya enceng gondok di rawa dan danau-danau juga disebabkan karena fostat yang berlebihan. Kualitas air di banyak ekosistem air pun menjadi menurun.

c. Ikan dan makhluk hidup air lain juga tidak dapat bertahan karena konsentrasi oksigen terlarut rendah bahkan sampai batas nol.

d. Rantai makanan akan terganggu karena komponen dalam rantai makanan hilang sehingga memutus mata rantai di ekosistem air tawar.

e. Pertumbuhan alga secara pesat juga bisa menyebabkan hilangnya nilai estetika, konservasi, reaksional, serta pariwisata. Tentu saja perlu biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Cara mengatasi eutrofikasi

Meskipun merupakan suatu proses alami, diperlukan tindakan pencegahan eutrofikasi. Tindakan ini diperlukan agar lingkungan tidak terpapar dampak semakin buruk.

1. Menggunakan pupuk organik.

Sosialisasi pemerintah serta komunitas pemerhati lingkungan gencar menyarankan para petani agar menggunakan pupuk organik. Kita tahu bahwa penggunaan pupuk organik lebih bermanfaat untuk mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun kebanyakan penggunaan pupuk anorganik yang lebih dominan.

Penggunaan pupuk organik dalam pertanian organik seperti kompos sangat bermanfaat dalam mengurangi pencemaran air dan tanah. Pencemaran tersebut biasanya disebabkan oleh fosfat dan nitrat. Selain itu, pupuk organik juga mampu memulihkan kandungan mineral dalam tanah. Jika penggunaan pupuk organik terus dilakukan, struktur tanah dapat diperbaiki dan aerasi tanah pun akan normal kembali.

2. Menggunakan parasitoid.

Penggunaan parasitoid untuk mengusir hama lebih aman bagi lingkungan. Populasi hama akan menurun tanpa meninggalkan residu pestisida di dalam tanah maupun tanaman. Pertanian organik semacam ini mulai dikembangkan di berbagai negara maju.

Parasitoid juga mampu membuat tanaman bernilai tinggi dibandingkan dengan penggunaan pestisida. Hasil tanaman pun lebih aman dan layak untuk dikonsumsi. 

3. Jangan gunakan bahan peledak dan racun.

Pemulihan danau dan sungai dari eutrofikasi dapat dimulai dari kegiatan penangkapan ikan dengan tidak menggunakan racun maupun bahan peledak. Penggunaan kedua metode ini kerap dilakukan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab.

Penggunaan racun maupun bahan peledak hanya membuat organisme di sungai akan mati karena sungai yang tercemar. Ikan yang sebenarnya belum layak tangkap pun ikut terjaring karena penggunaan bahan peledak atau racun.

4. Jangan membuang limbah ke sungai.

Pembuangan limbah secara sembarangan juga dapat merugikan ekosistem air sungai. Limbah yang dapat mencemari sungai dapat berasal dari rumah tangga dan limbah yang dibuang oleh pabrik. Pembuangan limbah ke danau atau sungai tentu akan mengakibatkan eutrofikasi.

5. Perencanaan Amdal secara matang.

Pembangunan industri yang berada di kawasan sungai maupun tidak, sudah seharusnya memiliki perencanaan Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Amdal sangat diperlukan untuk menjaga ekosistem air maupun di sekitar pabrik agar tidak menyebabkan berbagai masalah yang tidak diinginkan.

Demikian berbagai penjelasan mengenai eutrofikasi dan apa saja dampaknya bagi lingkungan. Semoga dengan artikel diatas dapat menambah wawasan dan kesadaran kita akan pentingnya menjaga lingkungan, termasuk ekosistem air tawar. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat