visitaaponce.com

Pengobatan Alternatif Patah Tulang Berisiko Amputasi Hingga Kelumpuhan

Pengobatan Alternatif Patah Tulang Berisiko Amputasi Hingga Kelumpuhan
Ilustrasi patah tulang(Freepik )

KETUA dewan pakar Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) Ferdiansyah Mahyudin mengingatkan dampak dari pengobatan alternatif untuk patah tulang. Bila tidak ditangani dengan benar, patah tulang bisa berisiko amputasi hingga kelumpuhan. 

"Tulang itu tidak berdiri sendiri. Di tulang ada syaraf, otot dan pembuluh darah. Jadi kalau misalnya patah tulang atau terjadi cedera, sebenarnya yang cedera tidak hanya tulangnya saja, tapi otot juga," kata Ferdiansyah dalam Media Briefing yang diselenggarakan Rabu (5/4).

Karenanya, melakukan manipulasi dengan cara yang tidak benar, dikhawatirkan mengganggu pembuluh darah, yang menyebabkan amputasi, dan gangguan pada otot yang bisa menyebabkan kelumpuhan.

Baca juga: Viral! Diserbu Ribuan Orang, Ibu Ida Dayak Batalkan Pengobatan Alternatif

Ferdiansyah menjelaskan patah tulang terdiri dari dua jenis, yakni patah tulang terbuka dan tertutup. Patah tulang terbuka merupakan kondisi di mana terdapat luka yang terlihat di permukaan kulit. Sementara patah tulang tertutup tidak timbul luka.

Dalam dunia kedokteran, patah tulang akan ditangani dengan cara mengembalikan posisi tulang ke posisi semulanya agar dapat berfungsi dengan baik. Adapun, masa proses penyembuhan patah tulang berkisar 1 sampai 2 bulan untuk anak-anak dan 3 bulan untuk orang dewasa.

Baca juga: Kemenkes Tegaskan Sufor tidak Sebabkan Diabetes Pada Anak

"Tulang itu dalam kondisi apapun akan sembuh dengan sendirinya. Dokter di sini hanya memfasilitasi agar saat sembuh bisa kembali ke asal dan fungsinya bisa kembali normal," imbuh dia.

Karena tulang merupakan organ yang penting, ia mengimbau agar masyarakat memeriksakan diri ke tempat yang telah terjamin keamanannya saat terjadi patah tulang.

"Saya pikir setiap pasien yang cedera harus didiagnosa dengan baik. Karena pada pengobatan alternatif, mungkin ada yang bagus, tapi kita harus tahu efikasinya dulu. Karena pengobatan alternatif yang belum tersertifikasi itu tidak ada monitoring dan kita tidak tahu efektivitasnya," pungkas dia. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat