visitaaponce.com

Bulan Kesadaran Kanker Payudara, Pasien Diajak Berpikir Kritis Pilih Obat

Bulan Kesadaran Kanker Payudara, Pasien Diajak Berpikir Kritis Pilih Obat
Seminar Awam “Kritis Memilih Pengobatan Kanker Payudara” di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre, Jakarta, baru-baru ini.(Ist)

TIPE pengobatan alternatif pada kanker nampaknya kembali populer di masyarakat. Hal itu dikarenakan pengobatan alternatif yang pasien pilih dianggap tidak banyak efek samping dan tidak semenakutkan ketimbang operasi yang menimbulkan bekas luka,

Begitu pula, pengobatan kemoterapi yang menyebabkan kebotakan ataupun radiasi yang menyebabkan kulit menggelap.

Di sisi lain, pengetahuan pasien terkait perkembangan penyakit juga menjadi sorotan. Pada kasus kanker payudara, pengobatan alternatif dapat memberikan sugesti bahwa tumor yang ada dalam tubuh mengeras adalah pertanda baik. Padahal, sebenarnya hal itu merupakan kabar buruk karena tumor berkembang menjadi gana.

Baca juga: Penderita Kanker Payudara Perlu Dapat Dukungan Moral

Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi dari RS Metropolitan Medical Centre, Dr. dr. Farida Briani Sobri, SpB.Subsp-Onk(K) mengatakan tidak menutup kemungkinan bahwa terkadang terdapat pasien yang sudah berobat secara medis namun tidak menunjukkan hasil yang bagus.

Hal ini dapat disebabkan antara lain karena pemberian obat yang tidak sesuai dengan guideline, ketidakterbukaan pasien terhadap pengobatan yang telah dilakukan sebelumnya, serta sistem kesehatan di Indonesia yang dinilai masih menyulitkan pasien.

Di samping itu ada banyak pasien yang cerdas dengan tingkat kesadaran yang tinggi akan pengobatan kanker payudara.

“Sebelum melakukan terapi, mereka mencari tahu tentang pengobatan kanker payudara yang aman dan sesuai dengan guideline,” ujar Dr. dr. Farida Briani Sobri, SpB.Subsp-Onk(K).

Kedokteran Modern Tidak Anti Pengobatan Alternatif

Perlu digaris bawahi, kedokteran modern saat ini tidak anti alternatif. Namun, terapi pada kedokteran modern terikat dengan aturan di mana segala tindakan yang diberikan kepada pasien harus bisa dipertanggungjawabkan.

Oleh karena itu, setiap obat yang diberikan kepada pasien harus sudah melalui uji klinis. Uji klinis yang harus dilakukan minimal adalah sampai pada fase II.

Baca juga: Andien Beri Kisah Inspiratif sebagai Penyintas Tumor Payudara di Usia Muda

Kedokteran modern tidak anti terhadap pengobatan alternatif karena pada dasarnya sebagian obat-obatan yang digunakan pada kemoterapi merupakan ekstrak dari tanaman.

Tetapi tanaman yang diekstrak ini sudah melalui uji klinis dan penilaian kadarnya saat akan dijadikan obat, manfaatnya, bahkan efek sampingnya.

“Jadi masyarakat harus kritis jika terkena kanker payudara, pasien berhak untuk mendapatkan perlakuan yang sesuai dan aman," kata dr.Farida.

"Supaya tidak salah mengambil tindakan yang akhirnya malah memperparah kondisi pasien tersebut. Karena bagaimanapun juga kita harus menghargai hidup manusia.” ucap dr. Farida pada kegiatan Seminar Awam “Kritis Memilih Pengobatan Kanker Payudara” di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre, Jakarta, baru-baru ini.

Baca juga: Penanganan Kanker Payudara Masih jadi PR Besar Indonesia

Dalam rangka memperingati Bulan Kesadaran Kanker Payudara, Rumah Sakit Rumah Metropolitan Medical Centre terus berupaya mendukung kesadaran akan kesehatan payudara, dengan memberikan pelayanan terdepan untuk skrining kanker payudara.

“Kami berharap melalui kegiatan ini yang diadakan setiap tahun, dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan masyarakat dapat berpikir secara kritis dalam memilih pengobatan kanker payudara.” ujar dr. Kharisma Ersha Mufti, MARS selaku Direktur Utama RS Metropolitan Medical Centre. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat