Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan Soroti Merosotnya Budi Pekerti
KEKUATAN rasa malu itu berbanding lurus dengan sehatnya rohani. Hilangnya rasa malu merupakan pertanda matinya hati nurani. Rasa malu menciptakan akhlak mulia. Rasa malu selalu berpegang teguh pada tali Allah, dan menghormati norma susila masyarakat.
Demikian antara lain disampaikan penggiat kemanusiaan, Eddie Karsito, pada acara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-28 Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, di Kota Bekasi Jawa Barat, Jum’at (7/4).
“Hilangnya rasa malu kematian hati nurani. Itulah fenomena Indonesia kini. Orang tidak segan berbohong. Korupsi, kongkalikong, nepotisme, kekerasan, pornografi, dan merebaknya aneka kejahatan,” ujar Ketua Umum Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan ini lewat keterangan yang diterima, Sabtu (8/4)
Bila dicermati, lanjut Eddie, hilangnya rasa malu dan merosotnya budi pekerti antara lain bersumber dari melemahnya kepedulian masyarakat serta mementingkan diri sendiri.
Tolong menolong, kata dia, dimaknakan sebagai peduli atau sense of crisis. Membangun kepekaan hati nurani. “Melahirkan suasana batin yang harmonis, hubungan yang humanis, interaksi yang toleran dan fleksibel,” ujar Eddie.
Di usia yang ke-28 tahun, kata Eddie, Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan tetap pada komitmennya, membangun spirit inklusif, serta melakukan edukasi tentang urgensinya sikap filantropi (kedermawanan).
“Spirit inklusif dan jiwa filantropis ini masih memerlukan penguatan agar berdampak pada kehidupan masyarakat. Kesadaran berinfaq, bershadaqah, dan berwakaf. Sekaligus mengubah mental orang yang senang menerima sedekah, menjadi pemberi sedekah,” tegasnya.
Dalam konteks tanggal dan bulan “Nuzulul Quran” ; peristiwa turunnya Al Quran menjadi momentum berdirinya lembaga kemanusiaan ini, Eddie menegaskan agar kitab suci tidak disikapi sebagai dogma mati (tekstual).
“Melainkan kontekstual. Berkontribusi nyata untuk kemanusiaan. Agama hadir memenuhi panggilan kemanusiaan, yaitu melayani,” ujarnya.
Menurutnya, perintah takwa merupakan pesan langit yang harus diraih; diikhtiarkan; diusahakan. Ketakwaan yang berdampak pada kesetaraan sosial (inklusif) di masyarakat. “Ber-Islam yang implementatif. Berbuat nyata, manfaatnya langsung dirasakan masyarakat,” tegasnya. (H-3)
Terkini Lainnya
Film Budi Pekerti Ditonton Menlu Retno Marsudi, Prilly Latuconsina: Lega!
Cerita Budi Pekerti: Film Tentang Guru BK yang Menang Piala Citra FFI Kini Tayang di Netflix
Kisah Omara Esteghal Tertekan Beradu Akting dengan Sha Ine Febriyanti
JFW 2023 Dibuka dengan Film Budi Pekerti dan Ditutup Tiger Stripes
Film Budi Pekerti Tampilkan Foto Empat Karakter Utama
Contoh Ucapan Belasungkawa dan Cara Mengucapkan Duka Cita di Islam dan Kristen
Indonesia Negara Paling Percaya Tuhan, Jokowi: Itu Modal Kuat
Kemendikbudristek Dinilai tidak Serius Tuntaskan Kasus Buku PPKn Kelas VII
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap