visitaaponce.com

Film Budi Pekerti Ditonton Menlu Retno Marsudi, Prilly Latuconsina Lega

Film Budi Pekerti Ditonton Menlu Retno Marsudi, Prilly Latuconsina: Lega!
Film Budi Pekerti(MI/Fathurrozak)

FILM Budi Pekerti yang dibintangi Prilly Latuconsina dan disutradarai Wregas Bhanuteja, baru saja tayang di Netflix. Film tersebut sebelumnya sempat ditayangkan di jaringan bioskop dan melakukan penayangan perdana (world premiere) di Toronto International Film Festival 2023.

Berlatar di Yogyakarta semasa pandemi, film Budi Pekerti berkisah tentang Bu Prani, seorang guru BK yang video perselisihannya dengan pengunjung pasar menjadi viral di media sosial. Akibat tindakannya yang dinilai tidak mencerminkan pribadi seorang guru, dia dan keluarganya mendapat perundungan, dicari-cari kesalahan lainnya hingga terancam kehilangan pekerjaan.

“Apa yang terjadi di film Budi Pekerti, kasusnya relevan sekali di hari ini dengan pertumbuhan platform digital dan media sosial. Semua orang punya kesempatan untuk mengomentari orang lain dan kesempatan menjadi terkenal,” kata Prilly Latuconsina dalam konferensi pers Hari Film Nasional bersama Netflix Indonesia di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, Rabu, (27/3/2024).

Baca juga : Netflix Tambah Delapan Koleksi Film Indonesia, ini Judulnya

Prilly, yang berkat perannya di film tersebut diganjar Piala Citra FFI 2023 sebagai pemeran pendukung perempuan terbaik merasa filmnya memiliki kedekatan dengan banyak penonton. Salah satu yang juga menonton film Budi Pekerti adalah Menteri Luar Negeri RI (Menlu) Retno Marsudi.

“Aku dapat pesan Whatsapp dari bu Menlu, ibu Retno (Marsudi). Beliau baru menonton Budi Pekerti di Netflix. Itu membuat kami lega. Karena menurut bu Retno, Budi Pekerti menjadi film yang sangat relate dengan apa yang terjadi sekarang,” cerita Prilly.

Di Budi Pekerti, Prilly harus lebih menyelami secara mendalam kompleksitas karakter yang diperankannya. Ia juga harus berbahasa Jawa krama inggil, tingkatan bahasa Jawa yang biasanya digunakan untuk berbicara kepada yang lebih tua. Ia juga harus mempelajari diri kembali tentang pengaturan tempo berbicara, nada suara, cara berjalan, dan ekspresi wajah.

“Sebelumnya tidak melewati proses-proses yang seperti itu di film sebelumnya. Mungkin ini juga karena kompleksitas karakter yang kuperankan. Dan tantangan dengan bahasa Jawa di film ini, yang mana aku adalah keturunan Sunda dan Ambon, sangat jauh dengan budaya Jawa. Jadi spesial sekali prosesnya,” lanjut Prilly. (Z-7)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat