visitaaponce.com

UP dan Universiti Kebangsaan Malaysia Gelar Seminar Ketahanan Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila (UP) bersama Fakultas Ekonomi dan Pengurusan Universiti Kebangsaan Malaysia, menyelenggarakan acara seminar internasional 22nd MIICEMA in conjuction with 2nd ECOBESTHA dengan tema "Building Economic Resilience in a VUCA World" pada Selasa (6/6).

Hadir sebagai pembicara utama pada hari pertama dalam seminar tersebut adalah Prof. Dr. Bambang Brodjonegoro (Menteri Keuangan RI 2014 – 2016) dan Anggoro Eko Cahyo (Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan).

Dalam seminar ini juga menghadirkan UKM Shape yang digawangi oleh Prof. Datuk. Dr. Muhammad Hussin yang telah belasan tahun bekerja sama dengan Nordic Apiary yang diwakili oleh Michael Warren dari Swedia.  


“MIICEMA merupakan forum kerja sama antar perguruan tinggi di Malaysia dan Indonesia yang terbentuk sejak tahun 1993, saat ini anggotanya sudah mencapai 37 perguruan tinggi dari kedua negara”, ujar Gunawan yang menjadi project officer dari seminar ini.

Lebih lanjut, Professor Madya Dr. Muhammad Hakimi Syafiai selaku Chairman MIICEMA menjelaskan bahwa kerjasama MIICEMA bersifat holistik khususnya dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

“Seminar internasional ini adalah agenda rutin tahunan MIICEMA dengan harapan makin memperkuat hubungan kedua negara, utamanya dalam budaya akademik,” jelasnya.

Baca juga: Gandeng Dua Universitas, Apotek Wellings Kembangkan Kualitas SDM Farmasi

Seluruh universitas yang tergabung dalam keanggotaan MIICEMA diajak untuk menandatangani Memorandum of Agreement pada acara Gala Dinner di The Hotel Margo untuk memperkuat kerja sama Tridhama perguruan tinggi dengan konsep green competition yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Aini Aman sebagai Dekan Fakulti Ekonomi dan Pengurusan, Universitas Kebangsaan Malaysia.

Diikuti lebih dari 150 Peserta dari 30 Universitas

Seminar internasional yang diselenggarakan selama dua hari ini diikuti lebih dari 150 peserta dari 30 universitas di Indonesia dan Malaysia.

“Kami sangat senang dengan antusiasme dari para peneliti, akademisi, maupun policy maker dari kedua negara yang terlibat di acara ini. Kami bisa saling belajar dari temuan riset dan best practices dalam bidang ekonomi, manajemen, bisnis, dan lain sebagainya yang ada di kedua negara”, ungkap Gunawan.

Dalam dunia VUCA, kita diajak untuk terus melakukan inovasi. Pola-pola lama seperti replikasi, one size fits all, tidak lagi relevan. Seminar ini merupakan upaya yang dilakukan oleh intelektual untuk merumuskan berbagai pendekatan untuk membangun ketahanan ekonomi dalam menghadapi situasi VUCA.

Baca juga: Universitas Pancasila Raih Penghargaan Academic Partner of The Year

“Hasil seminar diharapkan dapat memberi nilai tambah dalam tatanan akademik, dan bagi regulator untuk menerapkan strategi dan kebijakan ekonomi yang lebih baik dalam menghadapi VUCA. Kami mengucapkan terima kasih pada co-host dan sponsor yang telah membantu terselenggaranya acara ini,” tutup Gunawan. 

Prof. Bambang Brodjonegoro di dalam sesi diskusi mengemukakan pentingnya membangun daya tahan ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Prof. Bambang Brodjonegoro menjelaskan sejumlah anomali, seperti tren inflasi yang tinggi di negara maju, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang.

Sementara itu, kondisi inflasi rendah justru ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia. “Indonesia perlu meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonominya dengan memperkuat investasi. Sejauh ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sangat mengandalkan pertumbuhan konsumsi RT yang relatif tidak berkelanjutan dibandingkan investasi”, jelasnya.   

Lebih lanjut, Anggoro Eko Cahyo menjelaskan pentingnya peranan social security, khususnya bagi kelompok pekerja.

Anggoro menjelaskan berbagai program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan yang dapat diakses pekerja, baik penerima upah maupun bukan penerima upah di Indonesia, antara lain adalah Jaminan Hari Tua, Jaminan Keselamatan Kerja, dan Jaminan Kematian.

“Ketidakpastian ekonomi ini bisa sangat mengancam masa depan pekerja. Untuk itu, jaring pengaman sosial bagi pekerja sangat dibutuhkan,” tukas Anggoro.     

Baca juga: UP Ingin Hasilkan Doktor Ilmu Hukum Bernilai Luhur Pancasila

Pada hari kedua, Prof. Eeng Ahman dari Universitas Pendidikan Indonesia menyampaikan materinya dengan tema “Peran Pemimpin dalam Situasi Krisis dan Tantangan Ekonomi”.

Bahas "Religious and Economic”

Kemudia dilanjutkan dengan menghadirkan Prof. Ghafar Ismail dari Universiti Kebangsaan Malaysia yang mengajak para peserta seminar untuk berdiskusi tentang “Religious and Economic”.

Prof. Eeng menegaskan bahwa Indonesia setelah melalui masa pandemi, akan menghadapi tantangan ekonomi dengan adanya pesta demokrasi pada tahun 2024.

Keadaan ini makin membuat situasi ekonomi makin tidak menentu khususnya pada bidang investasi dan trust investor sehingga pemimpin perlu melibatkan seluruh elemen untuk bekerjasama saling bahu-membahu untuk mewujudkan kondusifitas sosio-politik di Indonesia.

Selanjutnya, Prof. Ghafar menekankan potensi halal industri di Indonesia dan Malaysia untuk kemajuan pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia bagi kedua negara.

Selain sesi sharing dari kedua pemateri, kegiatan seminar hari kedua juga memfokuskan pada round table discussion bagi seluruh anggota MIICEMA untuk memperkuat implementasi program-program Tridharma perguruan tinggi untuk 1 tahun ke depan. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat