visitaaponce.com

Masyarakat Setuju Penutupan Akses Naik ke Candi Borobudur

Masyarakat Setuju Penutupan Akses Naik ke Candi Borobudur
CANDI BOROBUDUR: Wisatawan manca negara mendapat penjelasan dari pemandu wisata terkait sejarah pembangunan Candi Borobudur.(MI/ Ardi Teresti Hardi)

SEBANYAK 87% responden yang mewakili masyarakat menyatakan setuju dengan adanya kebijakan penutupan akses naik ke Candi Borobudur. Hal itu diketahui dari riset yang dilakukan oleh Katadata Insight Center.

Direktur Riset Katadata Insight Center Gundy Cahyadi mengungkapkan survei itu dilakukan kepada 2.200 responden masyarakat umum, dengan kategori 86% sebagai segmen petualang santai dan 14% tergolong dalam segmen pembelajar gaul.

"Sentimen terhadap penutupan candi, lebih dari 80% responsnya positif. Mereka mendukung kebijakan penutupan candi Borobudur. Alasannya, 34% mengatakan bahwa itu merupakan upaya melestarikan kebudayaan dan keaslian candi," kata Gundy, Kamis (15/6).

Dia juga membeberkan, alasan responden setuju dengan penutupan akses naik candi di antaranya menghindari kerusakan bangunan cagar budaya tersebut oleh perilaku buruk pengunjung (22%), menjaga benda sejarah dan sumber pengetahuan (17%), menghormati tempat sakral (16%), upaya konservasi candi (8%), menghindari penyebaran covid-19 (3%) dan dapat membahayakan pengunjung (1%).

Seperti diketahui, sejak pertengahan 2020, pemerintah telah memutuskan untuk membatasi pengunjung ke candi Borobudur menjadi sebanyak 1.200 pengunjung perharinya.

Semua pengunjung itu juga tidak bisa masuk sekaligus ke dalam lingkungan candi Borobudur secara bersamaan, mereka akan dibagi ke dalam beberapa grup yang berisi 150 orang. Jadi, setiap grup akan bergantian masuk ke dalam kompleks candi. Selain itu, pemerintah juga melarang pengunjung untuk naik ke candi, antara lantai 1 sampai 10.

Terdapat tiga alasan penutupan dan pembatasan pengunjung ke candi Borobudur yang berlokasi di Magelang, Jawa Tengah itu. Yakni penurunan dan pengikisan candi akibat beban berlebihan, perilaku wisatawan yang tidak bertanggung jawab, serta tantangan alam seperti perubahan iklim, erupsi dan gempa bumi.

"Ini menarik karena kalau kita ingat pada 1983 saat candi Borobudur dibuka, diingatkan bahwa Borobudur adalah cagar budaya Indonesia. Generasi Z bahkan punya sentimen yang positif dan suportif bahwa ada wacana penutupan candi untuk tiga alasan ini," ucap dia.

Pada kesempatan itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Hilmar Farid mengungkapkan, kebijakan penutupan akses naik ke candi Borobudur dan pembatasan pengunjung bukanlah hal baru. Pihaknya sudah melaukan riset sejak lama, dan baru bisa diimplementasikan pada saat pandemi covid-19.

"Jadi riset yang kita lakukan saat covid-19 itu justru memperkuat temuan sebelumnya, bahwa Borobudur tidak mungkin dibuka secara penuh. Harus ada pembatasan. Ini bukan hanya di Indonesia saja, tapi banyak cagar budaya penting di dunia yang memberlakukan hal yang sama," beber dia.

Mengenai kekhawatiran akan menurunnya jumlah wisatawan yang datang ke candi Borobudur, Hilmar menyebut masih ada banyak cara untuk mengatasi persoalan tersebut. Menurutnya, kawasan candi Borobudur yang memiliki luas 6 ribu hektare dan mencakup wilayah Magelang, Purworejo dan Kulonprogo itu justru bisa menghidupkan tempat-tempat wisata di sekitarnya.

"Kita sudah membuat kajian potensi di 20 desa di kecamatan Borobudur, Banyak sekali fasilitas lain seperti museum, galeri, kebudayaan. Ini bisa dikembangkan. Kita tidak ingin ada gap antara taman wisata dengan masyarakat sekitar. Banyak sekali kegiatan yang bisa dinikmati disekitar Borobudur," ujarnya.

Mengenai langkah apa yang dilakukan untuk tetap meningkatkan kunjungan wisata di candi Borobudur serta penetapan tarif, Hilmar menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada pihak yang berwenang, yakni Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko selaku pengelola.(H-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat